Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengakui nilai tukar rupiah sudah dalam posisi under value atau di bawah nilai keekonomiannya. Posisi yang under value ini diharapkan dapat membantu mengeluarkan ekspor Indonesia dari tekanan.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rabu (22/7), rupiah melemah 0,29% ke level Rp 13.368 per dollar AS dari posisi Rabu minggu lalu (15/7) Rp 13.329 per dollar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan rupiah yang di bawah nilai keekonomiannya ini sudah terjadi sejak lama. Sejak Indonesia menghadapi tekanan tappering off atau penghentian stimlus Amerika tahun 2013, diakuinya rupiah sudah mengalami under value.
"Sudah sejak lama," ujarnya, Rabu (22/7). Bank sentral dalam hal ini akan selalu ada di pasar untuk menjaga rupiah. Menurutnya, pergerakan rupiah yang terjadi sekarang ini terjadi karena adanya tekanan penguatan dollar di seluruh dunia. "Meskipun fundamental defisit transaksi berjalan kita menguat," terangnya.
Pemerintah mengakui rupiah yang under value ini memang mendorong ekspor, namun sulit untuk membantu ekonomi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan perlambatan ekonomi mitra dagang Indonesia menyebabkan ekspor Indonesia sulit bergerak.
Memang dampaknya adalah harga barang ekspor Indonesia bisa bersaing dengan negara lain karena lebih murah. "Namun permintaannya turun karena itu ekspor tidak naik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News