kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.690.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   35,00   0,21%
  • IDX 6.636   18,15   0,27%
  • KOMPAS100 963   0,22   0,02%
  • LQ45 750   -3,09   -0,41%
  • ISSI 206   1,44   0,70%
  • IDX30 391   -0,88   -0,23%
  • IDXHIDIV20 470   -5,41   -1,14%
  • IDX80 109   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 113   0,06   0,05%
  • IDXQ30 128   -0,77   -0,60%

BI: Produktivitas Perlu Ditingkatkan Agar Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%


Minggu, 09 Maret 2025 / 12:53 WIB
BI: Produktivitas Perlu Ditingkatkan Agar Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%
ILUSTRASI. /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/09/01/2024. Bank Indonesia (BI) menyebut, kontribusi produktivitas (total factor productivity/TFP) Indonesia harus meningkat berkali lipat agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8%.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut, kontribusi produktivitas (total factor productivity/TFP) Indonesia harus meningkat berkali lipat agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8%.

Menurut data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), TFP terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) selama 2011–2019 secara rerata hanya 1,37%.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia selama ini di sekitar 5%, disebabkan kontribusi pertumbuhan modal, tenaga kerja, dan produktivitas masih rendah.

“Karenanya harus dinaikkan tiga kali lipat (TFP) menjadi rerata 3,61% selama 2025-2029 untuk mencapai tingkat pertumbuhan sekitar 8% pada tahun 2029,” tulis BI dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2024, dikutip Minggu (9/3).

Baca Juga: AMRO Ingatkan Indonesia Soal Biaya Pinjaman Tinggi Hantui Stabilitas Ekonomi

BI menyebut, untuk mencapai target TFP sebesar 3,61% merupakan tugas yang berat. Pasalnya investasi, produktivitas, dan efisiensi ekonomi harus ditingkatkan.

Adapun dari sisi produktivitas, kontribusi TFP terhadap PDB sejak tahun 2000 dalam kecenderungan menurun dan baru kembali naik sejak 2022 terutama karena kemajuan dari hilirisasi mineral dan pertambangan.

Lebih dari itu, efisiensi dalam berinvestasi juga rendah seperti tercermin dari angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cenderung meningkat tinggi sehingga menyebabkan kontribusi modal terhadap pertumbuhan PDB juga terkendala. Pada 2023, ICOR Indonesia berada di level 6,33.

Sementara itu, BI melihat nilai investasi dari penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia juga rendah, sehingga menyebabkan rasio modal terhadap PDB juga rendah, yaitu di bawah 20%, jauh di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang telah mencapai sekitar 50% dari PDB.

Dibandingkan Vietnam, nilai PMA ke Indonesia khususnya yang berasal dari Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan, untuk sektor-sektor seperti tekstil, elektronik, perdagangan ritel, barang konsumsi dan jasa, juga lebih rendah.

Selanjutnya, BI juga menilai, investasi pada sektor padat tenaga kerja seperti ini diperlukan untuk keseimbangan dengan investasi pada sektor padat modal untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, baik dari sisi peningkatan kapasitas perekonomian nasional maupun dari sisi permintaan konsumsi dan investasi.

“Sinergi kebijakan transformasi ekonomi nasional secara besar-besaran perlu ditempuh Pemerintah apabila ingin mencapai pertumbuhan yang tinggi tanpa menimbulkan instabilitas,” tulis laporan tersebut. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Hanya Capai 5,1% di 2025

Selanjutnya: Kode Redeem FC Mobile Maret 2025, Cek Daftar yang Telah Ditambahkan Sejauh ini

Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa Hari Ini 9 Maret 2025 Tangerang dan Tangerang Selatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×