Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode kuartal kedua tahun ini diproyeksi Bank Indonesia (BI) tak sampai 5,2% year on year (YoY). Proyeksi ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang masih percaya diri bisa menembus 5,2%.
"Kami masih hitung-hitung, kemudian sedikit lebih rendah dari 5,2%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (13/7) lalu.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, lebih rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut lantaran neraca perdagangan yang mencatat defisit cukup besar. Utamanya di April dan Mei, masing-masing sebesar US$ 1,63 miliar dan US$ 1,52 miliar.
Sementara di Juni, neraca perdagangan diperkirakan akan mencatat surplus lebih dari U$ 1 miliar. Dengan demikian, BI memperkirakan defisit neraca perdagangan kuartal II-2018 sekitar US$ 2,15 miliar, setelah pada kuartal pertama surplus tipis US$ 110 juta.
Padahal, beberapa indikartor perekonomian pada kuartal kedua ini menunjukkan perbaikan. Misalnya saja, indeks keyakinan konsumen (IKK) April, Mei, dan Juni berdasarkan hasil survei konsumen BI, dalam tren meningkat. Bahkan, IKK Juni di level 128,1 merupakan IKK tertinggi jika dibandingkan dengan data lima tahun ke belakang.
Pertumbuhan Indeks penjualan riil (IPR) pada kuartal II 2018 berdasarkan survei penjualan eceran BI juga tercatat 6,4% year on year (YoY). Jauh lebih tinggi dari kuartal I-2018 yang hanya 0,7% YoY dan kuartal II-2017 sebesar 4,9% YoY.
Begitu juga dengan survei kegiatan usaha kuartal II-2018 yang baru-baru ini dirilis BI, dengan saldo bersih tertimbang (SBT) tercatat sebesar 20,89%. Jika ditarik ke lima tahun ke belakang, angka itu juga merupakan angka tertinggi.
Termasuk di dalamnya persentase kapasitas terpakai yang tercatat sebesar 78,4%, tertinggi sejak kuartal keempat 2014 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News