kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI menggunting prediksi pertumbuhan, ini kata ekonom


Senin, 19 November 2018 / 15:28 WIB
BI menggunting prediksi pertumbuhan, ini kata ekonom
ILUSTRASI. Aktivitas pembangunan gedung bertingkat


Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%, BI merevisi target pertumbuhan ekonomi 2019 atau pertumbuhannya cenderung stagnan dari tahun ini.

Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berada di kisaran 5,1%-5,5%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, mungkin Indonesia perlu mencari sumber pertumbuhan lain, selain dari domestic demand. Serta, diharapkan juga ada peningkatan dari sisi ekspor.

"Memang sekarang komoditas sedang melemah untuk kecenderungan harganya. Tapi dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan untuk menekan impor, itu harapannya akan membuat net export jadi lebih baik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (19/11).

David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 akan berada di kisaran angka 5% sampai dengan 5,2%. Ia menilai, angka tersebut sekiranya masih bisa tercapai di tahun depan.

Ia juga menilai, angka yang diproyeksikan oleh BI merupakan angka yang masih memiliki potensi untuk tercapai di tahun 2019, "Saya pikir proyeksi tersebut masih bagus, masih di dalam range yang wajar, dan tidak berlebihan," tambahnya.

Di sisi lain, dalam konteks penyerapan tenaga kerja, David menilai elastisitas kenaikan pertumbuhan terhadap penyerapan tenaga kerja dari tahun ke tahun kecenderungannya mengalami pengurangan.

"Jika satu dekade yang lalu, 1% pertumbuhan itu bisa menyerap tenaga kerja sampai 400.000 orang. Tetapi kalau sekarang menciut, untuk 1% pertumbuhan hanya bisa menyerap sekitar 150.000 sampai dengan 200.000 orang," kata David.

Sebabnya, terjadinya otomasi atau pemanfaatan sistem kontrol untuk mengendalikan mesin-mesin dan untuk menggantikan operator tenaga manusia di berbagai sektor, dari sektor manufaktur, jasa, sampai dengan sektor pertanian.

Ini tentu saja membuat penyerapan tenaga kerja menjadi tidak besar, maka dari itu perlu adanya upaya-upaya untuk mendorong sektor-sektor yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×