kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom


Jumat, 20 Oktober 2023 / 09:10 WIB
BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom
ILUSTRASI. BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JJAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2023. 

BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Sehingga, suku bunga acuan kini bergerak di level 6%. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, kenaikan suku bunga BI tepat, sebagai upaya pre emptive atau langkah antisipatif. 

Yaitu, mengantisipasi kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih mungkin menaikkan suku bunga di kuartal IV-2023. 

"Bila ada kenaikan suku bunga AS pada November 2023, tetapi BI belum mengantisipasi maka akan memicu aliran modal asing keluar," tutur Andry kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10). 

Baca Juga: Gubernur BI Beberkan Alasan Akhirnya Kerek Suku Bunga Acuan

Nah, aliran modal asing yang keluar ini akan bermuara pada pelemahan nilai tukar rupiah yang pada ujungnya juga memberi dampak inflasi, yaitu dari peningkatan inflasi barang impor atau imported inflation. 

Belum lagi saat ini ada tekanan konflik geopolitik antara Israel dan Hamas yang perlu diantisipasi, karena memberi tekanan pada harga minyak dan menyebabkan outlook inflasi di jangka menengah akan meningkat. 

Andry menegaskan, inflasi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pasalnya, akan mengganggu daya beli masyarakat. 

Bila daya beli masyarakat terganggu, maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi konsumsi rumah tangga. Padahal, konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Devisa Hasil Ekspor (DHE) Masih Belum Mampu Perkuat Otot Rupiah, Ini Kata Ekonom

Meski demikian, Andry mengingatkan bahwa dalam menekan inflasi tak hanya dengan kebijakan suku bunga saja. 

Peran pemerintah juga penting, yaitu dengan instrumen fiskal. Dengan demikian, perlu akselerasi belanja dengan fokus pada penyaluran bantuan sosial yang tepat sasaran untuk menjaga daya beli masyarakat. 

"Karena, kenaikan inflasi bukan hanya panasnya konflik geopolitik, tetapi juga ada ancaman inflasi dari dalam negeri terkait harga pangan karena El-Nino," tandas Andry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×