kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom


Jumat, 20 Oktober 2023 / 09:10 WIB
BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom
ILUSTRASI. BI Kerek Suku Bunga Acuan Jadi 6%, Begini Kata Ekonom


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JJAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2023. 

BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Sehingga, suku bunga acuan kini bergerak di level 6%. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, kenaikan suku bunga BI tepat, sebagai upaya pre emptive atau langkah antisipatif. 

Yaitu, mengantisipasi kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih mungkin menaikkan suku bunga di kuartal IV-2023. 

"Bila ada kenaikan suku bunga AS pada November 2023, tetapi BI belum mengantisipasi maka akan memicu aliran modal asing keluar," tutur Andry kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10). 

Baca Juga: Gubernur BI Beberkan Alasan Akhirnya Kerek Suku Bunga Acuan

Nah, aliran modal asing yang keluar ini akan bermuara pada pelemahan nilai tukar rupiah yang pada ujungnya juga memberi dampak inflasi, yaitu dari peningkatan inflasi barang impor atau imported inflation. 

Belum lagi saat ini ada tekanan konflik geopolitik antara Israel dan Hamas yang perlu diantisipasi, karena memberi tekanan pada harga minyak dan menyebabkan outlook inflasi di jangka menengah akan meningkat. 

Andry menegaskan, inflasi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pasalnya, akan mengganggu daya beli masyarakat. 

Bila daya beli masyarakat terganggu, maka akan mengganggu pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi konsumsi rumah tangga. Padahal, konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Devisa Hasil Ekspor (DHE) Masih Belum Mampu Perkuat Otot Rupiah, Ini Kata Ekonom

Meski demikian, Andry mengingatkan bahwa dalam menekan inflasi tak hanya dengan kebijakan suku bunga saja. 

Peran pemerintah juga penting, yaitu dengan instrumen fiskal. Dengan demikian, perlu akselerasi belanja dengan fokus pada penyaluran bantuan sosial yang tepat sasaran untuk menjaga daya beli masyarakat. 

"Karena, kenaikan inflasi bukan hanya panasnya konflik geopolitik, tetapi juga ada ancaman inflasi dari dalam negeri terkait harga pangan karena El-Nino," tandas Andry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×