Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali melempar isyarat tak akan buru-buru dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan mengerek suku bunga acuan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, saat ini fokus dari bank sentral adalah menjaga inflasi dalam negeri sambil terus memantau perkembangan pertumbuhan ekonomi.
“Kebijakan suku bunga BI ke depannya juga akan diarahkan untuk pengendalian inflasi dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan,” tegas Perry, Selasa (24/5) via video conference.
Nah, normalisasi kebijakan moneter BI akan dilakukan terlebih dahulu lewat normalisasi likuiditas dengan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap. Perry mendapuk, ini tetap tidak akan mengurangi kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit karena likuiditas berlebih.
Baca Juga: BI Catat Transaksi Uang Elektronik Capai Rp 34,3 Triliun Per April 2022, Tumbuh 50,3%
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur BI bulan ini, BI juga masih menahan suku bunga acuan di level 3,5%. Ini dengan menimbang kondisi nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, dan kondisi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Menurut Perry, masih ada risiko yang membayang kondisi perekonomian domestik. Ini datang dari eksternal, yaitu konflik geopolitik Rusia dan Ukraina dan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju dan bahkan negara berkembang.
Namun, hingga saat ini, Perry melihat kondisi perekonomian Indonesia cukup menggembirakan. Ini dengan kondisi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 yang mumpuni setelah mencetak pertumbuhan sebesar 5,01% yoy, serta kondisi perekonomian yang makin membaik saat memasuki kuartal II-2022.
Selain itu, tingkat inflasi juga dirasa masih terjaga. Ini dengan koordinasi erat antara BI dan pemerintah baik pusat dan daerah lewat Tim Pengendalian Inflasi.
Baca Juga: Asing Banyak Melego Saham-Saham Ini Saat IHSG Menguat pada Selasa (24/5)
“Kondisi inflasi yang terkendali ini juga mengurangi keharusan untuk merespon (kenaikan) suku bunga kebijakan yang mungkin sudah dilakukan oleh bank-bank sentral negara lain,” tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News