Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diproyeksi akan menahan suku bunga acuan dalam rapat Dewan Gubernur BI Desember 2023.
Dengan demikian, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan, suku bunga acuan pada akhir tahun 2023 akan ditutup di level 6,00%.
Menurut Faiz, level suku bunga acuan tersebut sudah memadai dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah.
“Suku bunga acuan 6%, sudah mampu membawa nilai tukar rupiah bergerak menguat menuju akhir tahun ini,” terang Faiz kepada Kontan.co.id, Selasa (19/12).
Baca Juga: Pertahankan Kinerja Positif pada 2024, Simak Strategi Astra International (ASII)
Faiz mengenang, pada sekitar Oktober 2023, nilai tukar rupiah sempat melemah hebat dan bahkan hampir menyentuh Rp 16.000 per dolar AS.
Kemudian, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00% pada Oktober 2023, dan rupiah berangsur menguat setelahnya.
Ini juga seiring dengan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga makin gamblang menyatakan akan tak terlalu agresif dalam menerapkan suku bunga kebijakan.
Kemudian dari sisi dalam negeri, Faiz melihat level inflasi terjaga. Ini juga menjadi salah satu alasan kuat bagi BI menahan suku bunga acuan.
Faiz pun mengimbau, kebijakan-kebijakan selain suku bunga adalah hal yang perlu diperkuat BI pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Masih Ada Peluang Cuan di Pasar Saham Sebelum Tutup Tahun
Salah satunya, adalah dengan kebijakan triple intervention untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah.
Nah, pada jelang akhir tahun 2023 ini BI juga sudah menerbitkan instrumen baru berupa Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan SUVBI, ini diharapkan mampu menambah amunisi dalam jaga rupiah.
“Dampak dari instrumen tersebut adalah terjaganya likuiditas valuta asing dan menambah kekuatan cadangan devisa,” tandas FAiz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News