kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Dinilai Belum Perlu Memupuk Cadangan Emas untuk Perkuat Cadangan Devisa


Selasa, 22 Maret 2022 / 09:34 WIB
BI Dinilai Belum Perlu Memupuk Cadangan Emas untuk Perkuat Cadangan Devisa
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa meningkat pada akhir Februari 2022. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa sebesar  US$ 141,4 miliar atau naik 0,064% bila dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2022 yang sebesar US$ 141,3 miliar. 

Peningkatan cadangan devisa didorong oleh peningkatan hampir semua komponen pendukungnya, dengan peningkatan tertinggi pada komponen monetary gold

Berdasarkan data yang ditampilkan Special Data Dissemination Standard (SDDS) di laman resmi bank sentral, komponen monetary gold pada bulan Februari 2022 tercatat sebesar US$ 4,83 miliar atau naik 6,86% dari posisi pada bulan Januari 2022 yang sebesar US$ 4,52 miliar. 

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat, peningkatan monetary gold tersebut tak lepas dari peningkatan harga emas global. 

Baca Juga: Kilau Emas Dorong Kenaikan Cadangan Devisa Februari 2022

Melambungnya harga emas didorong oleh para investor yang mencari tempat penempatan modal yang aman (safe haven instrument) yang salah satunya adalah emas. Tingginya permintaan kemudian mendorong peningkatan harga emas.

Nah, di tengah masih tingginya harga emas tersebut, Riefky merasa belum ada urgensi bagi BI untuk memupuk monetary gold untuk memperkuat cadangan devisa. 

“Di tengah harga emas yang tinggi ini belum perlu bagi BI untuk memupuk cadangan devisa emas. Karena saat ini cadangan devisa kita juga di level yang cukup tinggi,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (21/3). 

Riefky juga bilang, dengan kondisi pergerakan cadangan devisa saat ini masih sangat cukup dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah. 

Menurut pandangannya, peningkatan harga emas ini malah mencerminkan kondisi ketidakpastian yang masih tinggi. Namun, kondisi ini tidak akan berlangsung lama dan akan ada normalisasi. Seiring normalisasi ketidakpastian tersebut, harga emas akan berangsur turun. 

Baca Juga: Pemerintah Optimistis Indonesia Bakal Jadi Pemain Kunci di Kendaraan Listrik

Senada dengan Riefky, kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede menyiratkan lebih baik BI memupuk instrumen yang lebih likuid. “Investasi di emas tidak selikuid obligasi. Selain emas, obligasi Amerika Serikat (AS) atau US Treasury ini juga bisa menjadi pilihan dan bahkan lebih likuid,” jelas Josua. 

Josua juga menyarankan agar instrumen yang diperbanyak di komponen cadangan devisa adalah komponen yang selikuid mungkin agar kalau tiba-tiba BI harus melakukan intervensi nilai tukar rupiah tidak memerlukan waktu yang lama. 

“Namun, ini sangat bergantung dari pertimbangan BI. Namun, instrumen cadangan devisa ini harusnya selikuid ini karena kalau ada langkah intervensi tidak diperlukan waktu yang lama,” tandas Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×