kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Diimbau Kerek Suku Bunga Acuan Bulan Ini, Berikut Penyebabnya


Senin, 18 Juli 2022 / 17:36 WIB
BI Diimbau Kerek Suku Bunga Acuan Bulan Ini, Berikut Penyebabnya
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa (24/7).BI diimbau untuk kerek suku bunga acuan bulan ini. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/07/2018


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan ini diyakini menjadi awal normalisasi kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyarankan BI untuk mengerek suku bunga acuan pada bulan Juli 2022. 

Menurut hitungan David, baiknya pada bulan ini BI menaikkan suku bunga acuan di kisaran 25 basis poin (bps) hingga 50 bps dengan melihat kondisi inflasi, arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), dan perbedaan suku bunga dengan luar negeri. 

“Jadi baiknya memang BI untuk menaikkan suku bunga acuan di bulan ini, sebesar 25 bps hingga 50 bps. Memang perlu ada penyesuaian kebijakan suku bunga agar Indonesia tetap menarik, terutama untuk portofolio,” tutur David kepada Kontan.co.id, Senin (18/7). 

David pun memerinci alasan BI perlu menaikkan suku bunga acuan pada Juli 2022. Pertama, terkait inflasi. Tolok ukur inflasi yang digunakan oleh BI dalam menaikkan suku bunga adalah inflasi secara fundamental atau yang tergambar dalam inflasi inti. Pada Juli 2022, inflasi inti tercatat 2,63% yoy atau meningkat dari 2,58% yoy. 

Baca Juga: Inflasi Fundamental Belum Naik Signifikan, BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Lagi

Meski begitu, David mengakui bahwa peningkatan inflasi inti ini masih belum terlalu kuat. Namun, ada kekhawatiran ada peningkatan inflasi inti kembali pada bulan Juli 2022 seiring dengan makin menguatnya permintaan masyarakat. 

Kedua, arah kebijakan The Fed dalam pertemuan bulan ini ditakutkan akan makin agresif. Sebelumnya, The Fed memang memberi sinyal akan menaikkan suku bunga kebijakan pada akhir bulan Juli 2022 sebesar 50 bps hingga 75 bps. Namun, konsensus pasar meyakini peningkatan suku bunga kebijakan bisa mencapai 100 bps. 

Hal ini dengan menimbang kondisi inflasi negara Paman Sam yang mencapai 9,1% yoy pada bulan Juni 2022, atau jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,6% yoy dan ekspektasi Dow Jones yang sebesar 8,8% yoy. Tak hanya itu, inflasi AS pada Juni 2022 bahkan jauh lebih tinggi dari rata-rata kenaikan upah per jam di AS yang sebesar 5,2% yoy pada bulan lalu. 

Ketiga, berkaitan dengan arah kebijakan suku bunga negara adidaya, David khawatir ada perbedaan suku bunga yang kemudian menyebabkan hengkangnya dana asing dari investasi portofolio. Bahkan lebih buruk, dana dari luar negeri enggan untuk masuk ke pasar keuangan dalam negeri. 

“Saya khawatir dana yang masuk dari luar negeri ke dalam negeri malah tidak ada karena perbedaan suku bunga. Kita lihat saja suku bunga deposit valas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 0,25%, sedangkan The Fed sendiri sudah 1,5%. Jadi lebih menarik menaruh dana di bank-bank luar,” imbuh David. 

Baca Juga: Suku Bunga Berpotensi Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Tetap Ramai

Termasuk dalam hal ini para eksportir yang tadinya ingin memasukkan dananya di Indonesia bisa berpikir dua kali. Para eksportir bisa saja lebih memilih untuk menempatkan dana di luar negeri karena tergiur suku bunga yang lebih besar. 

Kondisi ini pun kemudian bisa saja berpengaruh pada pergerakan nilai tukar rupiah. Dalam hal ini, David kemudian memberikan dua skenario. 

Pertama, bila suku bunga acuan BI naik pada bulan Juli 2022 di kisaran 25 bps hingga 50 bps, nilai tukar rupiah diperkirakan masih stabil di level Rp 14.950 per dolar AS hingga Rp 15.150 per dolar AS dalam jangka pendek. Dengan asumsi, langkah peningkatan suku bunga acuan bisa menahan hengkangnya asing dari pasar keuangan dalam negeri. 

Kedua, bila suku bunga acuan BI kemudian tetap pada bulan ini di level 3,5%, maka nilai tukar rupiah dalam jangka pendek diperkirakan bergerak di kisaran Rp 15.150. Dengan asumsi, asing masih memilih hengkang dari pasar keuangan domestik. 

Lebih lanjut, meski David menyarankan BI menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini, David juga mewanti-wanti jangan sampai peningkatan suku bunga acuan dilakukan secara tiba-tiba agar tidak mengurangi momentum pemulihan ekonomi yang sebenarnya sudah berjalan. 

Baca Juga: Ada RDGI BI, Begini Prediksi IHSG Pekan Ini

“Jadi yang penting jangan drastis peningkatannya. Karena kalau drastis, malah menunjukkan ada yang salah dengan pemulihan ekonomi kita. Harapannya, momentum pertumbuhan ekonomi tidak berubah dan rupiah juga stabil,” katanya. 

David pun memperkirakan, BI akan menaikkan suku bunga acuan di kisaran 75 bps hingga 150 bps sampai akhir tahun 2022. Dengan demikian, suku bunga acuan BI pada akhir tahun ini diperkirakan berada di kisaran 4,25% hingga 4,75%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×