kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI: Defisit transaksi berjalan 2014 capai US$ 25 M


Kamis, 15 Januari 2015 / 21:04 WIB
BI: Defisit transaksi berjalan 2014 capai US$ 25 M
ILUSTRASI. Nonton Seija Musou: Salaryman Episode 4 Subtitle Indonesia, Cek Link Resmi di Sini


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada keseluruhan tahun 2014 sebesar 3,02% dari PDB atau US$ 25 miliar. Neraca migas masih menjadi momok sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juda Agung mengatakan, komponen transaksi berjalan yang mengalami perbaikan signifikan adalah neraca non migas. BI menghitung, neraca non migas membaik dari defisit US$ 10,6 miliar pada tahun 2013 menjadi defisit US$ 6,1 miliar pada tahun 2014. "Ini karena ekspor manufaktur meningkat dengan nilai tukar yang lebih kompetitif,"  ujar Juda, Kamis (15/1).

Sementara itu untuk neraca migas defisitnya mengalami kenaikan dari tahun 2013 defisit sebesar US$ 18,5 miliar naik menjadi US$ 19,7 miliar pada tahun 2014. Untuk tahun ini BI memprediksi defisit transaksi berjalan pada tahun 2015 masih akan berada pada level 3% dari PDB.

Menurut Juda, fokus pemerintah yang akan membangun infrastruktur tahun ini akan menyebabkan impor belanja modal meningkat. Walhasil, perbaikan defisit untuk tahun ini belum bisa terjadi.

Secara garis besar BI melihat ada tiga komponen yang mempengaruhi defisit transaksi berjalan tahun ini. Pertama, penurunan harga minyak dunia. Harga minyak dunia yang turun positif karena selama ini neraca transaksi berjalan ditekan impor minyak yang besar.

Kedua, harga komoditas. Harga minyak dunia yang turun di satu sisi dapat menurunkan beban impor, namun di sisi lain dapat menurunkan kinerja harga komoditas pada tahun ini. Dampaknya, kinerja ekspor akan mengalami pelemahan.

Ketiga, proyek infrastruktur pemerintah yang akan mendorong peningkatan impor barang modal. Meskipun defisit masih bertengger pada level 3% dari PDB, ia menilai defisit transaksi berjalan yang terjadi pada tahun ini strukturnya lebih sehat. Tahun 2014 defisit yang tinggi didorong oleh konsumsi minyak yang tinggi namun untuk tahun ini defisit didorong oleh sektor produktif yaitu infrastruktur. "Sehingga defisitnya lebih sehat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×