kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI: Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi RI Bisa Lewat 3 Jalur


Kamis, 17 Maret 2022 / 16:27 WIB
BI: Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi RI Bisa Lewat 3 Jalur
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut konflik Rusia-Ukraina memiliki dampak terhadap kondisi perekonoiman Indonesia.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut konflik Rusia-Ukraina memiliki dampak terhadap perekonomian Indonesia. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dampak dari konflik Rusia-Ukraina ini berimplikasi lewat tiga jalur.

“Implikasinya dari 3 channel (jalur), yaitu jalur pergerakan harga komoditas, jalur perdagangan, serta jalur keuangan,” ujar Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI Maret 2022, Kamis (17/3).

Perry menjabarkan, ketegangan dua negara tersebut membuat harga komoditas global melonjak, salah satunya harga minyak dunia. Ini kemudian akan berimplikasi pada kondisi fiskal Indonesia dan harga-harga dalam negeri.

Apalagi, seperti kita ketahui Indonesia merupakan negara net importir minyak. Peningkatan harga minyak ini kemudian bisa memengaruhi peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini diberi subsidi pemerintah.

Baca Juga: Gubernur BI Beberkan Upaya Guna Menghalau Dampak Jangka Panjang dari Pandemi Covid-19

Nah, dalam hal ini, dampaknya terhadap dalam negeri akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam menyikapi harga energi global, terutama untuk BBM non subsidi.

“Koordinasi akan kami lakukan. Kita sudah melihat ada kenaikan harga Pertamax. Namun, kami akan terus melihat dan pada waktunya akan kami sampaikan,” kata Perry.

Dari sisi perdagangan, Perry melihat, dampak langsungnya tidak terlalu besar karena mengingat hubungan perdagangan antara Indonesia dan kedua negara tersebut tidak sebesar negara mitra dagang lain.

Namun, dengan kenaikan harga komoditas, Indonesia bisa mendapatkan berkah berupa peningkatan ekspor terutama non minyak dan gas (non migas). Dengan kondisi ini, neraca perdagangan Indonesia berpotensi masih mencetak surplus selama beberapa waktu ke depan.

Dari sisi keuangan, menurut Perry, memang memberikan dampak berupa hengkangnya arus modal asing dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Apalagi, para investor mencari aset yang lebih aman (safe haven asset) dan tentu akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah.

“Namun, implikasinya pada nilai tukar rupiah sejauh ini tetap terjaga. Karena kami melihat nilai tukar rupiah ada kecenderungan apresiasi,” kata Perry.

Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×