Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Realisasi investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) pada kuartal III-2019 tercatat moncer. Selain dipengaruhi oleh kebijakan fiskal, nampaknya kebijakan moneter pun menjadi faktor pendorong FDI.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Retno Ponco Windarti mengatakan bauran kebijakan moneter tidak dipungkiri telah mendorong investasi langsung. Menurutnya, dana asing yang masuk ke Indonesia akan melihat faktor fundamental, termasuk kebijakan yang solid dari sisi moneter.
Baca Juga: Hadapi tantangan ekonomi, BI berkomitmen jaga stabilitas sistem keuangan
Retno memaparkan ada beberapa poin bauran kebijakan moneter yang di tahun ini menjadi strategi BI pertama penurunan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR). Kedua kebijakan makroprudensial dalam sistem pembayaran. Ketiga, kebijakan di bidang operasi moneter yang menjamin agar likuiditas tetap terjaga.
“Satu bauran kebijakan yang kami nilai cukup solid memberikan keyakinan konteks kebijakan secara keseluruhan. Ini menjadi salah satu pertimbangan juga bagi investor asing untuk menanamkan modalnya ke daerah,” kata Retno, Kamis (31/10).
Di sisi lain, prospek arah kebijakan moneter dinilainya akan menjadi bahan pertimbangan selanjutnya. Retno mengaku, investor asing banyak menimbang kredibilitas moneter suatu negara.
Ekonom BCA David Sumual menambahkan stabilitas moneter yang terjaga dinilai menjadi salah satu penyebab realisasi investasi langsung moncer. Prospek sektor keuangan jangka panjang yang solid akan menjadi pertimbangan para investor.
Baca Juga: Total simpanan di bank per September 2019 tembus Rp 5.984,42 triliun
Sehingga, stabilitas moneter dari sisi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) perlu dipertahankan. Dari kaca mata David, dalam sepuluh sampai dengan lima tahun terakhir kurs rupiah semakin stabil dibandingkan dengan dua puluh tahun lalu.
“Dihitung dari strandar deviliasi dan volatilitas yang jauh lebih rendah. Dulu kita yang volatile, sekarang stabil ini bagus untuk sektor riil. Karena biasanya, yang ditanya investor asing salah satunya kurs” kata David, Kamis (31/10)
Meski demikian untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan FDI, David mengatakan BI perlu melakukan pendalaman pasar. Misalnya dengan membuat hedging di sistem keuangan yang bisa membantu investor dalam jangka panjang di mana membutuhkan kepastian kurs rupiah.
Sepengetahuan David, investor asing biasanya memiliki aturan dari korporasi mereka dalam menanamkan investasi ke sebuah negara harus ada hedging-nya.
Baca Juga: BI mencatat likuiditas perekonomian bulan September 2019 kembali melambat
Asal tahu saja Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal III-2019 ini mencapai Rp 205,7 triliun atau tumbuh sebesar 18,4% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 yang sebesar Rp 173,8 miliar.
Bila dirinci realisasi penanaman modal asing (PMA) berkontribusi paling tinggi yakni 51,04% atau setara dengan Rp 105 triliun. Beda tipis sumbangsih realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di level 48,96% sama dengan Rp 100,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News