Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, diperkirakan akan dilakukan pada semester II-2017 mendatang.
"Indonesia ini faktor eksternalnya kan besar. Untuk pendanaan datangnya dari luar negeri, jadi faktor kenaikan suku bunga AS kalau komunikasi The Fed kurang baik, itu bisa menimbulkan gejolak lagi," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Kamis (13/7) malam.
Menurut Mirza, komunikasi The Fed ke pasar kini sudah lebih baik dibandingkan tiga tahun lalu, terutama dalam empat kenaikan suku bunga terakhir.
"Jadi harapan kami, walaupun ada kenaikan suku bunga AS nanti pada September atau Desember itu, pertumbuhan ekonomi kita masih bisa tetap terjaga stabilitasnya," ujar Mirza.
Pertumbuhan ekonomi sendiri, BI optimistis ekonomi domestik pada semester II-2017 akan tumbuh lebih baik dibandingkan semester I bisa mencapai 5,3 %.
Proyeksi bank sentral tersebut didasarkan pada sejumlah faktor yang akan mendorong ekonomi ke arah yang lebih positif, seperti harga komoditas yang mulai membaik, investasi dan pertumbuhan kredit yang meningkat, dan belanja pemerintah yang lebih baik pada semester kedua.
Pemerintah dalam RAPBN Perubahan 2017 yang tengah dibahas dengan DPR, menyapakati asumsi pertumbuhan ekonomi meningkat 0,1 % menjadi 5,2 % dibandingkan asumsi dalam APBN 2017 sebesar 5,1 %.
Konsumsi rumah tangga yang diprediksi sedikit membaik, dan kinerja ekspor impor yang diproyeksikan akan semakin positif karena peningkatan harga komoditas dunia, menjadi alasan pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News