Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Perubahan landscape arus modal asing yang masuk ke Indonesia sejak isu pengurangan stimulus alias tapering off dilakukan menjadi perhatian Bank Indonesia (BI).
Otoritas moneter itu melihat akan lebih banyak menarik investor masuk dengan skema jangka panjang melalui Penanaman Modal Asing (PMA) daripada portofolio.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, arus modal jangka pendek portofolio akan lebih sedikit. Ini akibat adanya pengurangan stimulus AS sebesar US$ 10 miliar yang mulai dilakukan Januari ini.
Maka dari itu, Indonesia di tahun ini akan lebih banyak mengandalkan arus modal dari PMA. "Respons kebijakan kita adalah bagaimana menarik PMA," ujar Perry, Rabu (15/1).
Ada tiga hal yang dilakukan BI. Pertama, untuk menunjang PMA masuk, BI akan memastikan stabilitas makro ekonomi moneter terkendali.
Perry menjelaskan, salah satu cerminan iklim investasi yang baik adalah sistem keuangan dan stabilitas yang terjaga.
Karena itu, kondisi nilai tukar, inflasi, serta current account defisit atawa defisit transaksi berjalan menjadi titik perhatian BI.
Kedua, otoritas moneter ini akan melakukan pendalaman pasar keuangan melalui instrumen lindung nilai alias hedging. Dengan hedging akan memberikan kenyaman bagi investor karena meminimalisir resiko yang terjadi akibat gejolak nilai tukar.
Ketiga, memperbanyak produk-produk di sektor keuangan. Produk ini masih menjadi pembahasan internal BI sendiri. Namun, Perry menuturukan, pihaknya akan banyak menerbitkan sekuritas yang nantinya bisa digunakan sebagai pembiayaan PMA.
Misalnya, pembiayaan untuk infrastruktur. Sektor infrastruktur ini bisa dibiayai dalam bentuk sekuritas, apakah itu dalam bentuk obligasi ataupun produk-produk keuangan lainnya. Nanti, BI akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membicarakan hal ini.
Multiplier efek
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih berpendapat, langkah BI melakukan fokus pada PMA sangat baik. Selain periode investasinya yang lebih lama dibanding portofolio, PMA bisa menciptakan lapangan kerja. Ini menimbulkan multiplier efek yang besar.
Karena itu adalah tugas BI untuk menciptakan stabilitas makro agar investor mau masuk. "Namun stabilitas ini bukanlah yang utama," tandas Lana.
Ada lima faktor utama yang menjadi indikator investor mau masuk dalam PMA yaitu tingkat korupsi rendah, birokrasi yang efisien, kebijakan yang konsisten, infrastruktur yang memadai, dan akses untuk mendapatkan pembiayaan. Lima faktor utama ini, dinilai Lana, masih
rendah penerapannya di Indonesia.
Dan, untuk memperbaiki faktor-faktor ini adalah domain pemerintah yang
lebih dominan. Namun, untuk memperbaikinya di tahun ini akan terkendala karena adanya pemilihan umum (pemilu). Investor pun masih menunggu siapa yang terpilih menjadi presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News