Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Adinda Ade Mustami
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejalan dengan berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dampak dari pandemi corona, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, penerbitan surat berharga negara (SBN) sepanjang tahun ini mencapai Rp 1.289,3 triliun. Penerbitan SBN, menjadi salah satu langkah untuk memenuhi pembiayaan utang yang diperkirakan mencapai Rp 1.439,8 triliun.
Berdasarkan hitungan BI, jika penerbitan SBN tersebut dikurangi realisasi penerbitan sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp 221,4 triliun, program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 150 triliun, serta penurunan giro wajib minimum (GWM) senilai Rp 105 triliun, dan ditambah Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang jatuh tempo tahun ini Rp 43,9 triliun, maka penerbitan SBN sepanjang Kuartal II sampai dengan Kuartal IV tahun ini senilai Rp 856,8 triliun.
Baca Juga: Sri Mulyani: BI perlu masuk ke pasar perdana SBN hingga Rp 242 triliun
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dari jumlah Rp 856,8 triliun ini diperkirakan pemerintah akan mengutamakan pembiayaan dari penerbitan global bonds mencapai nilai lebih dari Rp 300 triliun.
"Artinya, untuk penerbitan SBN rupiah kurang lebih ada sebanyak Rp 506 triliun. Kalau dilelang sampai akhir tahun, kurang lebih ada sekitar Rp 28 triliun dana yang didapatkan per lelang. Insya Allah sebagian besar dapat diserap oleh pasar, baik itu investor domestik ataupun asing," ujar Perry dalam rapat virtual, Rabu (6/5).
Baca Juga: Gubernur BI: BI mati-matian menstabilkan rupiah
Perry melanjutkan, dari alokasi SBN Rp 506 triliun ini juga akan dibeli oleh BI sebanyak 25% melalui pasar perdana. Hal ini, sejalan dengan ketentuan yang ada di dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 tahun 2020, bahwa BI dapat membeli SBN pemerintah melalui pasar perdana.
"Kalau Rp 506 triliun ini kan 25%-nya sekitar Rp 125 triliun, inilah yang kemungkinan akan dibeli BI dari pasar perdana untuk kebutuhan APBN yang above the line," kata Perry.
Namun demikian, apabila dibandingkan dengan pengalaman dari sebelumnya, biasanya setelah berjalan selama 4 bulan, maka investor asing akan mendominasi pembelian SBN.
Selanjutnya, apabila investor asing lebih banyak membeli, maka kebutuhan BI untuk membeli SBN above the line akan semakin kecil.
"Jika pembelian lebih sedikit, tentu dampak terhadap inflasi akan lebih terukur," kata Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News