Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menegaskan kasus meninggalnya seorang siswi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang diduga keracunan tidak ada kaitannya dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Itu kan sudah dijelaskan dari sana bahwa itu tidak ada hubungan," kata Dadan dalam Konferensi Pers Penanggulangan KLB Program MBG, di Kantor Kemenkes, Kamis (2/10/2025).
Dadan mengklaim kasus tersebut sudah dilimpahkan kepada pemerintah setempat.
Dia juga menyatakan bahwa pihak BGN juga telah meminta kepada orang tua siswi yang meninggal untuk melakukan investigasi, namun tidak diizinkan untuk otopsi.
"Jadi kita serahkan ke pemerintah setempat yang menyampaikan ya," jelasnya.
Baca Juga: BGN Tegaskan MBG Tetap Berjalan Meski Ada Desakan Moratorium
Kasus ini bermula dari insiden 121 siswa SMK Negeri I Cihampelas yang mengalami keracunan usai mengkonsumsi makan bergizi gratis pada Rabu (24/9/2025). Namun pihak sekolah menegaskan korban tidak termasuk dalam daftar korban keracunan tersebut.
Korban mengalami gejala mual setelah pulang sekolah pada Senin (29/9/2025). Keluarga sempat memberikan obat masuk angin dan kondisinya membaik hingga ia bisa kembali bersekolah keesokan harinya.
Namun, pada Selasa sore, kondisi B mendadak memburuk. Sang adik menemukan dirinya tergeletak di kamar dengan mulut berbusa. Keluarga segera membawanya ke bidan setempat dan kemudian dirujuk ke RSUD Cililin, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Belum bisa dikaitkan dengan keracunan MBG
Dalam pemberitaan Kompas.com, Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah mengatakan kematian Bunga belum bisa dikaitkan langsung dengan kasus keracunan massal MBG.
“Sejak awal kejadian, almarhumah tidak pernah mengeluh gejala keracunan. Bahkan Senin (29/9/2025) dia masih masuk sekolah,” ujar Edah saat dikonfirmasi.
Baca Juga: BGN Klaim 198 Dapur MBG Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
Edah menilai jeda waktu antara konsumsi MBG dengan munculnya gejala cukup panjang, sekitar 4–5 hari. Hal ini membuka kemungkinan adanya faktor lain di luar MBG.
“Gejalanya memang mengarah ke keracunan, tapi pemicunya belum bisa disimpulkan dari MBG, karena pasien juga mungkin mengonsumsi makanan lain,” jelas Edah.
Selanjutnya: Rupiah Menguat 5 Hari Beruntun di Tengah Tekanan Atas Dolar AS, Kamis (2/10)
Menarik Dibaca: Waktu Terbaik Investasi Kripto, Cek Disini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News