Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) tak akan naik dan tetap Rp 10.000/ per persi pada tahun depan.
Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang menganggap bahwa anggaran Rp 10.000 per porsi masih cukup untuk diterapkan pada tahun depan.
"Belum naik, karena Rp 10.000/porsi itu kita hitung masih cukup kecuali untuk wilayah tertentu," kata Nanik dijumpai di Kantor Kemenko Pangan, Selasa (21/10/2025).
Nanik menjelaskan bahwa anggaran Rp 10.000/porsi itu tidak ditetapkan di semua wilayah.
Dirinya menyebut khusus wilayah tertentu seperti Papua dan Maluku akan mendapatkan harga yang lebih tinggi karan harga bahan pokoknya juga berbeda.
"Itu akan disesuaikan dengan kemahalan bahan pokoknya karena di situ memang tinggi dan tidak mungkin ditetapkan Rp 10.000/porsi," ujar Nanik.
Baca Juga: Realisasi Anggaran BGN untuk MBG Baru Capai Rp 27 triliun per 17 Oktober 2025
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat hingga 20 Oktober 2025, lebih dari 12.500an Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi di seluruh Indonesia untuk mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Adapun jumlah penerima manfaatnya telah menjangkau 36.773.520 orang, mencakup anak usia PAUD, siswa SD hingga SMA, serta ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Kepala BGN, Dadan Hindayana menuturkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja sama lintas sektor antara pemerintah pusat dan daerah dalam mempercepat pemerataan akses gizi di seluruh wilayah.
Baca Juga: Perpres Tata Kelola MBG: SPPG Dilarang Masak di Bawah Pukul 12 Malam
"Capaian lebih dari 12.500an SPPG aktif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan Program MBG berjalan efektif dan merata. Setiap SPPG berperan penting sebagai dapur komunitas yang mengolah dan menyalurkan makanan bergizi dengan standar keamanan dan higienitas yang ketat," ujar Dadan di Jakarta, Senin (20/10/2025).
Dadan menambahkan, perluasan SPPG terus dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan daerah, terutama wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
"Kami memastikan seluruh daerah memiliki akses setara terhadap layanan gizi. Prinsipnya, tidak boleh ada yang tertinggal dalam hal pemenuhan gizi," katanya.
Baca Juga: Kepala BGN Kembalikan Anggaran MBG Rp 70 Triliun, Prabowo: Pertama Dalam Sejarah RI
Selanjutnya: Soal Perbedaan Data Dana Mengendap Pemda dengan Kemendagri, Ini Penjelasan BI
Menarik Dibaca: 7 Film Slice of Life Indonesia yang Ceritanya Mengena dan Relatable
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News