kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Berikut Risiko yang Berpotensi Melecut Inflasi Indonesia ke Depan


Senin, 02 Oktober 2023 / 21:44 WIB
Berikut Risiko yang Berpotensi Melecut Inflasi Indonesia ke Depan
ILUSTRASI. Inflasi masih berada di kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% YoY hingga 4% YoY.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Indonesia pada September 2023 tercatat 2,28% YoY. Dengan demikian, berarti inflasi masih berada di kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% YoY hingga 4% YoY. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, dia tetap yakin bahwa inflasi Indonesia akan berada di kisaran sasaran BI tersebut. Atau dari perhitungannya, inflasi Indonesia akan berada di kisaran 3% YoY pada akhir tahun ini. 

"Namun, perlu waspada ada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi," ujar Andry kepada Kontan.co.id, Senin (2/10). 

Andry pun memerinci risiko-risiko tersebut. Pertama, adanya fenomena kekeringan panjang atau El-Nino yang mungkin terjadi hingga paruh pertama tahun 2024. 

El-Nino menimbulkan risiko berupa terganggunya hasil panen pangan dalam negeri, termasuk beras. 

Baca Juga: Hati-Hati! Sejumlah Risiko Ini Membayangi Prospek Inflasi Indonesia

Kedua, rencana pengurangan pasokan oleh negara penghasil minyak (OPEC+) yang menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi kenaikan harga minyak global. Hanya, Andry meyakini fenomena tersebut hanya berdampak kecil terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. 

"Selain itu, kenaikan harga minyak dunia yang terjadi baru-baru ini masih sejalan dengan asumsi harga minyak pemerintah dalam anggaran," tambah Andry. 

Ketiga, tetap ada risiko inflasi barang impor (imported inflation) yang berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah. Dengan risiko tersebut, Andry mengapresiasi langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun BI. 

Pemerintah melakukan upaya pengendalian inflasi pangan, yang salah satunya dengan melakukan impor beras. Sedangkan BI juga telah melakukan perannya dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang salah satunya akan tetap menjaga inflasi impor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×