Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Peringkat layak investasi alias investment grade yang disematkan lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service, Kamis pekan ini (28/1), diperkirakan diikuti oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's Ratings Services (S&P), lembaga rating yang terbilang lebih 'sulit' dari Moody's. Moody’s memberikan peringkat layak investasi dengan peringkat Baa3 dengan prospek stabil pada peringkat utang Indonesia.
Pengelolaan keuangan pemerintah dinilai kuat, kendati defisit fiskal meningkat. Respons kebijakan juga dianggap efektif mengelola risiko penurunan harga komoditas dan pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, S&P berpeluang menaikkan peringkat investasi Indonesia tahun ini. Keputusan pemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) merupakan hal positif yang dilihat oleh S&P.
Penghapusan subsidi membuat pemerintah memiliki alokasi yang lebih besar pembangunan infrastruktur.
Tahun ini, Josua bilang, faktor positif yang dilihat S&P adalah fundamental ekonomi Indonesia yang masih kuat di tengah melemahnya ekonomi global. "S&P akan melihat defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Walau defisit anggaran melebar, defisit transaksi berjalan membaik," katanya, Jumat (29/1).
Karena membaiknya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lebih karena penurunan impor, pemerintah harus dapat menunjukkan adanya diversifikasi ekspor ke sektor manufaktur. Itu akan menjadi penilaian positif juga dari S&P.
Tetapi S&P diperkirakan masih melihat realisasi proyek infrastruktur. Sebab meski anggaran belanja modal besar, pada tahun lalu penyerapannya hanya 82,7%.
Hal positif lain yang dilihat lembaga rating saat ini adalah masih adanya kepercayaan investor asing terhadap Indonesia yang terlihat dari kelebihan penawaran Surat Utang Negara.
Josua berharap, rating S&P yang masih menempatkan Indonesia di bawah level layak investasi (BB+) akan naik. Pada Mei 2015, S&P menaikkan prospek peringkat Indonesia dari Stabil jadi Positif.
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi RI melambat dan nilai tukar melemah, namun fundamental lebih baik.
Dengan kenaikan peringkat oleh Moody’s, maka satu-satunya lembaga pemeringkat yang belum memberikan penilai baik bagi Indonesia adalah S&P. "Mungkin kriteria yang ditekankan mereka berbeda," katanya.
RI tak buat khawatir
Agar penilaian membaik, pemerintah harus bisa mengimplementasikan semua paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan. Hal itu akan mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan investor.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bilang, Indonesia adalah negara berkembang yang dikategorikan layak investasi.
Apalagi Indonesia adalah negara yang tidak membuat khawatir investor, meskipun ada ancaman keamanan. "Terorisme tidak mengganggu penilaian Indonesia," katanya, Jumat (29/1).
Bagi Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, rating Moody's ini merupakan pengakuan atas kekuatan Indonesia dalam menghadapi pelemahan ekonomi dan volatilitas keuangan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News