kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belum Endemi, Wamenkes: Pandemi Covid-19 di Indonesia Masuk Status Terkendali


Senin, 23 Mei 2022 / 16:14 WIB
Belum Endemi, Wamenkes: Pandemi Covid-19 di Indonesia Masuk Status Terkendali
ILUSTRASI. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan pandemi Covid-19 di Indonesia masih masuk dalam status terkendali. Dalam artian dengan beberapa pelonggaran yang kini dilakukan status pandemi belum berubah ke endemi.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, terdapat beberapa tahapan untuk masuk ke transisi endemi. Pandemi sendiri terbagi menjadi 5 tahapan yaitu pandemi, deselerasi, terkendali, eliminasi dan eradikasi.

"Saat ini kita masuk pada periode terkendali jadi kita tidak bisa bilang kita saat ini dalam fase endemik, tapi pandemi yang terkendali. Kenapa pandemi terkendali? karena ini tidak menyebabkan disrupsi pada aktivitas sosial masyarakat, angkanya semakin menurun dan dapat diprediksi secara stabil konfirmasi kasusnya setiap hari," jelas Dante dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IX DPR RI, Senin (23/5).

Dalam paparan yang disampaikan Kemenkes dijelaskan bahwa fase terkendali ialah penyebaran penyakit yang secara konsisten ada, namun terbatas pada wilayah tertentu. Pada fase terkendali terlihat dari tidak menyebabkan disrupsi pada kehidupan publik serta kasus dapat diprediksi dan stabil.

Baca Juga: Infeksi COVID-19 Harian Korea Selatan Turun Mendekati Level Terendah

Usai tahap terkendali ialah tahap eliminasi yaitu penurunan hingga nol kasus pada suatu wilayah geografis tertentu, sebagai hasil dari suatu intervensi yang perlu terus dipertahankan. Fase pandemi yang kelima ialah eradikasi yaitu reduksi hingga nol kasus secara permanen di seluruh dunia, sehingga tidak lagi dibutuhkan intervensi apapun.

Dante menambahkan, berkaca pada sejarah mengajarkan bahwa pandemi sebelumnya seperti flu Spanyol dan sebagainya biasanya pandemi berlangsung sekitar dua sampai tiga tahun. Setelah dua sampai tiga tahun ada pandemi yang hilang sama sekali dan ada yang masih tetap ada di dalam masyarakat.

Hal tersebut karena kekebalan yang dibuat dan dibentuk kemudian diturunkan secara biologis yaitu dari ibunya kepada anaknya maka anak-anak tersebut itu menjadi lebih kebal. Misalnya saja seperti flu burung yang kini masuk dalam endemi.

"Apakah covid nanti akan berlangsung seperti itu? kita terus melakukan pemantauan, kita terus melakukan evaluasi, sehingga dengan tetap menjaga protokol kesehatan secara bertahap yang kita longgarkan dalam aktivitas sosial masyarakat," paparnya.

Dante menegaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan status endemi di semua negara. Namun Covid-19 dianggap sebagai public health emergency of internationals concern. Artinya status Covid-19 masih harus menjadi concern di dalam aktifitas publik, namun tetap dievaluasi secara berkala.

"Jadi belum ada declare endemi di semua negara di dunia, yang ada adalah public health emergency of internationals concern," tegas Dante.

Baca Juga: Jika Indonesia Berstatus Endemi, Perawatan Pasien Dialihkan ke BPJS Kesehatan

Untuk masuk ke status endemi ada beberapa indikator yang harus dipenuhi. Diantaranya konfirmasi kasus kurang dari 20 kasus per 100.000 penduduk per minggu. Kemudian perawatan rumah sakit harus kurang dari 5 pasien per 100.000 penduduk per minggu.

Selanjutnya, angka kematian juga harus kurang dari satu kasus per 100.000 penduduk per minggu, angka vaksinasi dosis kedua bagi masyarakat umum lebih dari 70%, dan angka vaksinasi dosis kedua pada anak dan lansia juga lebih dari 70%. Adapun untuk reproduksi efektif harus di bawah satu, dan semua indikator terjaga minimal selama enam bulan.

Kondisi kasus secara nasional saat ini, Dante menyebut hampir semua daerah berada pada level satu. Beberapa daerah yang belum mencapai level satu dikarenakan cakupan vaksinasi yang belum mencapai 70%. Dimana salah satu indikator daerah berstatus level satu ialah vaksinasi mencapai 70%.

"Kapan reproduksi rate bisa satu? Sebenarnya bulan April kita sudah masuk di angka satu. Dalam enam bulan, mudah-mudahan kalau angka satu ini stabil berjalan kita akan masuk fase yang baik," ujarnya.

Dante menerangkan, pasca lebaran lalu hingga saat ini tren kasus Covid-19 belum terlihat meningkat, bahkan usai munculnya varian baru. Hingga saat ini ada sekitar 250 kasus harian, dan 3 kasus kematian beberapa hari ini.

Adapun untuk tingkat perawatan di rumah sakit 1.272 kasus. Kasus rawat inap mayoritas terjadi atas permintaan pasien sendiri, sedangkan 230 perawatan intensif harian diantaranya terjadi pada pasien yang berusia lanjut atau belum mendapatkan vaksinasi.

Kemenkes terus memonitor fluktuasi kasus yang belum menunjukkan kenaikan pasca lebaran. Positivity rate nasional per 20 Mei, ada diangka 0,38%. 

Tren kasus yang terkendali diperkirakan lantaran angka antibodi SARS Cov2 di masyarakat membaik. Pada Maret 2022 dari tes serologi yang dilakukan pemerintah, ada 99,6% penduduk telah memiliki antibodi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×