kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.764   42,00   0,25%
  • IDX 8.236   -5,55   -0,07%
  • KOMPAS100 1.148   -1,20   -0,10%
  • LQ45 841   -0,97   -0,11%
  • ISSI 285   -0,68   -0,24%
  • IDX30 442   0,61   0,14%
  • IDXHIDIV20 511   -0,36   -0,07%
  • IDX80 129   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 136   -0,40   -0,30%
  • IDXQ30 141   0,12   0,08%

Belanja Pemerintah Lambat, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berpotensi Tertekan


Sabtu, 30 Agustus 2025 / 18:22 WIB
Diperbarui Minggu, 31 Agustus 2025 / 08:21 WIB
Belanja Pemerintah Lambat, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berpotensi Tertekan
ILUSTRASI. Pekerja konstruksi menyelesaikan pembangunan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (16/6/2025). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/06/2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, juga menilai belanja pemerintah belum memberikan dorongan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan kontribusi government spending dalam PDB masih negatif.

Menurut Yusuf, realisasi belanja yang tertahan dipengaruhi faktor teknis, seperti proses lelang, penyesuaian prioritas, serta kebijakan efisiensi anggaran yang berlaku tahun ini.

Keterlambatan ini berdampak pada beberapa hal.

Pertama, efek multiplier dari belanja negara untuk infrastruktur, bantuan sosial, maupun belanja barang dan jasa belum masuk ke sirkulasi ekonomi.

Baca Juga: Sinyal Darurat Ekonomi Indonesia

Kedua, konsumsi rumah tangga yang masih menjadi penopang daya beli tidak mendapat tambahan stimulus fiskal.

Ketiga, dunia usaha kehilangan momentum karena proyek pemerintah yang biasanya mendorong permintaan belum berjalan maksimal.

Selain itu, pola musiman belanja yang menumpuk pada kuartal akhir serta kebijakan efisiensi anggaran memperlambat perputaran ekonomi.

Baca Juga: Deputi Gubernur BI Sebut Ekonomi Indonesia Tahan Banting Hadapi Tantangan Global

"Jika kondisi ini berlanjut, pertumbuhan kuartal III bisa lebih lambat dari target, kecuali pemerintah mempercepat realisasi belanja pada bulan berikutnya," kata Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×