Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para ekonom menilai, rencana penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi bisa menjadi jalan keluar bagi pemerintah dalam merespon persoalan kuota BBM subsidi yang kian menipis. Di sisi lain, penambahan kuota BBM subsidi juga belum mendapatkan lampu hijau lantaran dapat memberikan tekanan yang lebih berat terhadap APBN.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, opsi menaikkan harga BBM bersubsidi akan cenderung lebih baik dibandingkan melakukan pembatasan. Mengenai kenaikan harga ideal, dia bilang, ini bergantung kepada kemampuan anggaran pemerintah.
Penilaian ini didasarkan dengan kondisi konsumsi Pertalite dan Solar bersubsidi sudah berada di atas proyeksi sebelumnya sehingga kuota diperkirakan habis di Oktober-November sehingga pemerintah harus melakukan langkah strategis untuk mengantisipasi hal tersebut.
Seperti diketahui, terdapat dua opsi untuk menanggulangi masalah saat ini. Pertama, pembatasan menggunakan teknologi (apps myPertamina). Kedua, menaikkan harga BBM bersubsidi.
Menurut Josua, kedua pilihan tersebut juga memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing.
Baca Juga: Sinyal Harga Pertalite Naik, Ekonom: Inflasi Semakin Tidak Terkendali
Dalam kondisi ideal, tentu pembatasan penerima subsidi menggunakan teknologi dapat menjadi pilihan utama dalam membatasi konsumsi. Dengan cara ini, harga Pertalite dan Solar bersubsidi bisa tetap, namun penerimanya terseleksi sehingga menurunkan konsumsi.
“Namun, kita juga melihat kondisi kebocoran dan dampak bagi masyarakat akan tetap besar,” jelasnya kepada Kontan.co.id, awal pekan ini.
Misal, sebagian besar distribusi barang dilakukan melalui transportasi darat, yang belum tentu semuanya berhak mendapatkan subsidi sehingga pada akhirnya menaikkan harga barang. Belum lagi kemampuan teknis di seluruh SPBU yang menjalankan apps myPertamina tersebut harus handal, kalau tidak berpotensi menciptakan antrian.
Adapun pertimbangan lain menyesuaikan harga BBM Subsidi juga mempertimbangkan harga minyak mentah internasional dan nilai tukar rupiah. Saat ini harga keekonomian Pertalite sekitar Rp17.000 per liter, oleh sebab itu kenaikan harga sekitar 30% menjadi Rp10.000/liter masih tetap jauh di bawah harga keekonomian-nya.
Baca Juga: Banggar DPR: Tidak Ada Penambahan Kuota BBM Subsidi
Lebih lanjut, seandainya pemerintah melakukan penyesuaian terhadap harga Pertalite, maka Pemerintah juga perlu mengalokasikan bantalan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah agar tidak mengalami penurunan daya beli yang signifikan.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menilai, kondisi saat ini berat untuk semua pihak. “Sehingga penyesuaian tersebut saya kira moderat,” jelasnya.
Perihal penyesuaian harga BBM agar tidak memicu kegaduhan, Komaidi sebut hanya tinggal bagaimana komunikasinya saja kepada publik perlu lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News