Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - PT Bio Farma bekerjasama dengan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics membuat inovasi terkait alat tes COVID-19. Alat tes bernama Bio Silva itu menggunakan metode kumur (gargling) untuk pengambilan sampelnya.
Kemudian, sampel diperiksa menggunakan alat PCR (polymerase chain reaction). Bio Silva disebut-sebut bisa digunakan untuk alternatif pengambilan sampel pemeriksaan PCR selain yang umum dilakukan menggunakan swab nasofaring-orofaring.
"Gargle-PCR memiliki sensitifitas hingga 95 persen sehingga dapat digunakan sebagai alternatif selain gold standard swab nasofaring-orofaring menggunakan PCR Kit," kata Biofarma dalam siaran pers.
Tapi, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, memang, pengambilan sampel tes PCR menggunakan air liur melalui kumur lebih nyaman dan tidak menyakitkan.
"PCR, kan, biasanya dilakukan dengan mengambi langsung dari tempat infeksinya, ya, dari tenggorokan atau hidung bagian belakang, diambil dari jaringan situ," ujar Amin kepada Kompas.com, Senin (5/7).
Baca Juga: Cegah pemalsuan, Kemenkes uji coba penggunaan bukti vaksinasi dan PCR secara digital
"Untuk beberapa orang memang menyakitkan dan tidak nyaman. Akhirnya dicarilah mengambil sampel dari air liur atau kumur-kumur," imbuh dia.
Cara kerja metode kumur
Amin menjelaskan, cara kerja metode kumur ini adalah mengambil virus yang terlepas dan berada di rongga mulut. Sebab, air liur merupakan salah satu media penularan virus.
Namun, Amin menyebutkan, pengambilan sampel melalui berkumur juga dikhawatirkan mengalami pengenceran, sehingga menurunkan kepekaannya.
Kendati demikian, menurutnya, metode berkumur sama-sama membutuhkan waktu lama untuk bisa mengetahui hasilnya. "Ini tidak mengubah lamanya PCR itu sendiri, tapi hanya pengambilan sampelnya lebih nyaman," sebut dia.
"Tetap dikerjakannya di laboratorium dan tidak bisa ditunggui, karena berjam-jam. Paling cepat 2 jam untuk mendapatkan hasil," tambahnya.
Baca Juga: Tes GeNose tidak berlaku untuk perjalanan kereta api jarak jauh mulai 5 Juli 2021
Tes Covid-19 PCR kumur Bio Saliva diteliti dengan melibatkan 400 lebih sampel dari pasien positif COVID-19, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap, dan riset validasi selama 7 bulan.
Uji validasi telah dilakukan bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, dan Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK).
Alat deteksi Covid-19 dengan metode kumur ini telah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 1 April 2021.
Bio Saliva nosa mendeteksi hingga angka CT 40 dan diklaim memiliki kinerja yang sangat baik untuk CT kurang dari 35 dengan sensitivitas hingga 93,57 persen.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan Ahli soal Tes PCR Kumur, serta Bedanya dengan Swab PCR dan Rapid Antigen"
Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor: Rizal Setyo Nugroho
Selanjutnya: Kontak erat dengan orang positif Covid-19? Ini yang harus Anda lakukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News