kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beberapa langkah dan strategi menjaga stabilitas rupiah menurut ekonom Bank Permata


Jumat, 03 April 2020 / 12:34 WIB
Beberapa langkah dan strategi menjaga stabilitas rupiah menurut ekonom Bank Permata
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia telah menghadirkan berbagai kebijakan dan langkah-langkah konkrit untuk mengantisipasi dan tetap menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil. 

Kemarin, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga memastikan, nilai tukar rupiah terus terjaga dan di prediksi akan berada di angka Rp 15.000 per dola AS di akhir tahun. Adapun dengan adanya kebijakan-kebijakan yang sudah diatur oleh pemerintah, ia juga memastikan pertumbuhan ekonomi akan tidak lebih rendah dari 2,3% dari Produk Domestic Bruto (PDB). 

Baca Juga: Terpapar efek wabah corona, ADB proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 2,5% di tahun 2020

Menurut pandangan Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, ada beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia agar rupiah tetap stabil yakni perlunya Ketersediaan Jaring Pengaman Keuangan Internasional (JPKI) untuk menjaga ketahanan   ekonomi   dan   stabilitas   sistem   keuangan di tengah risiko ekonomi global yang relatif tinggi. 

Menurutnya, JPKI merupakan bagian dari global  financial  safety  net  (GFSN)  yang  terdiri   atas   international   reserve,   bilateral   swap  antar  bank  sentral,  regional  financial  arrangements (RFAs),   fasilitas pembiayaan yang   disediakan   oleh   IMF,   dan market-based  instrument.  

Fasilitas  JPKI  yang  tersedia  saat  ini  juga merupakan kerjasama yang dilakukan oleh Bank    untuk   mencegah atau menangani potensi pelemahan nilai tukar baik secara bilateral,regional,maupun  multilateral.  

Kerja  sama  tersebut dilakukan dengan bank sentral,  dan forum internasional dalam rangka memenuhi  kecukupan cadangan devisa  dan  memenuhi  kesulitan  likuiditas jangka  pendek. “Bank Indonesia perlu memperkuat kerjasama keuangan internasional   untuk   menyediakan jaring pengaman dalam rangka mempertahankan   stabilitas   makroekonomi,” Jelas Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (3/4). 

Baca Juga: Pemerintah diminta geser dana pilkada dan ibu kota baru untuk penanganan corona

Apabila melalui perjanjian swap bilateral tersebut, Josua bilang, Indonesia dapat mengajukan pinjaman jangka pendek kepada bank sentral negara lain misalnya Amerika Serikat (AS) atau Tiongkok melalui mekanisme swap mata uang rupiah terhadap dollar AS dengan maksimum sesuai dengan kesepakatan. 

Dengan perjanjian currency swap dengan bank sentral AS dan Tiongkok diperkirakannya akan mendorong likuiditas dollar AS di dalam negeri apabila terjadi foreign capital outflow dari pasar keuangan domestik maka berdampak negatif pada nilai tukar.

“Perjanjian swap bilateral merupakan second line of defense yang perlu terus diperkuat dalam rangka meredam tekanan nilai tukar setelah cadangan devisa, kebijakan makroekonomi, kebijakan makroprudensial, dan kebijakan fiskal sebagai first line of defense,” tambahnya. 

Baca Juga: Danareksa Research Institute: Optimisme konsumen menurun pada Maret 2020

Dengan penguatan second line of defense diharapkan nantinya dapat meningkatkan confidence pasar atas   tersedianya buffer cadangan devisa yang memadai bagi Indonesia untuk mengantisipasi potensi FX liquidity shock ke depan.

Sehingga, dengan penguatan first line of defense dan second line of defense yang dikombinasikan dengan stimulus kebijakan fiskal serta bauran kebijakan BI yang bersifat akomodatif dan kebijakan OJK yang bersifat counter cyclical diperkirakan akan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×