Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyoroti masih kurang akuratnya pendataan anak yang mengalami stunting. Hal itu juga menjadi suatu hambatan dalam menurunkan tingkat stunting di Indonesia.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menerangkan beberapa kali menemukan cara menghitung stunting yang salah di beberapa daerah.
"Jadi, ngapusi (membohongi) saja itu. Stunting itu bukan berarti anak lewat dari 5 tahun lalu hilang begitu saja, mereka juga punya numeriknya. Itu, kan, aneh, terus masuk lagi populasi bayi yang baru kemudian dihitung jumlah yang menderita," ucap dia dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (6/4).
Oleh karena itu, Suharso berharap dalam menghadapi atau mengurangi stunting sebaiknya jangan bicara soal angka saja, tetapi diiringi dengan evaluasi dan tindakan. Jadi, dia mendorong agar beberapa hal tersebut dapat dibenahi ke depannya.
Baca Juga: Kasus Penyakit yang Masih Tinggi Jadi Tantangan Besar Sektor Kesehatan Indonesia
Berdasarkan data Bappenas, tingkat stunting tercatat 21,6% pada 2022. Angka itu terbilang masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024, yakni 14%.
Terkait hal itu, Suharso menyebut perlu adanya kerja keras untuk menurunkan pravelansi stunting sehingga dapat mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Dia juga menyampaikan kondisi tersebut sekiranya bisa menjadi perhatian sebagai input dalam menentukan arah kebijakan dan strategi di bidang kesehatan pada setiap level pemerintahan, khususnya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News