Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan penugasan impor jagung yang akan dilakukan Bulog hanya untuk kebutuhan pakan peternak mandiri kecil.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa penugasan impor ini dalam merespons tingginya harga jagung yang sudah di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) mencapai Rp 7.000/kg.
"Ini dilakukan terbatas oleh Bulog dan disalurkan ke peternak kecil bukan untuk peternak besar," kata Arief dalam acara peluncuran Gerakan Pangan Murah (GPM) Serentak di kantor Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jakarta Selatan, Senin (16/10).
Berdasarkan neraca kumulatif tahunan, komoditas jagung mengalami surplus, namun pada kuartal keempat neraca jagung menunjukan angka defisit.
Baca Juga: Harga Pangan Hari Ini: Jagung, Gula, Cabai Naik
Pada Oktober 2023, produksi bulanan hanya mencapai 149.484 ton sementara kebutuhan dalam negeri mencapai 1.368.036 ton.
Kemudian, pada November diprediksi hanya mencapai 310.142 ton dan kebutuhan November mencapai 1.204.517 ton dan pada Desember kembali defisit dengan produksi 264.887 ton sementara kebutuhan Desember mencapai 1.270.254 ton.
"Jadi di tiga bulan terakhir memang negatif walaupun ada surplus di bulan sebelumnya tapi tidak sebesar itu," ungkap Arief.
Untuk itu pihaknya juga meminta kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk segera mengeluarkan surat izin impor (SPI) agar penugasan impor dapat segera dilakukan.
Sebab, selain untuk segera membantu peternak, tapi juga memastikan agar tidak mengganggu harga jagung di tingkat petani pada masa panen jagung nantinya. Sebelumnya, pemerintah berencana melakukan impor jagung pakan sebanyak 500.000 ton.
Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Bakal Terpengaruh Lonjakan Impor Pangan
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pengurusan persetujuan impor dari penugasan tersebut.
Rencananya ada tiga negara yang akan menjadi sumber importasi jagung pakan yaitu, Amerika, Brasil dan Argentina. "Saat ini masih pengurusan persetujuan impor," kata Suyamto kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News