kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Neraca Perdagangan RI Bakal Terpengaruh Lonjakan Impor Pangan


Minggu, 15 Oktober 2023 / 18:12 WIB
Neraca Perdagangan RI Bakal Terpengaruh Lonjakan Impor Pangan
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (12/10/2023). Neraca Perdagangan RI Bakal Terpengaruh Lonjakan Impor Pangan.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah mencatat saat ini Indonesia terus kebanjiran impor pangan. Hal ini akan berpengaruh pada kinerja impor dalam negeri, sehingga akan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita mengatakan, jika kinerja impor sangat tinggi, maka akan berpengaruh terhadap kondisi neraca perdagangan Indonesia. 

Ronny mengungkapkan, setiap penambahan impor akan mengurangi kekuatan ekspor. Artinya setiap impor  akan berkontribusi negatif terhadap kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jadi dari sisi neraca dagang, setiap tambahan impor akan menekan ekspor, lalu memperkecil surplus dagang jika sebelumnya kita dalam kondisi surplus. Dan akan memperbesar defisit jika sebelumnya kita berada pada kondisi defisit,” tutur Ronny kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10).

Baca Juga: Impor Pangan Perbesar Defisit Neraca Dagang dan Bebani APBN

Adapun berdasarkan konsensus pasar dari 10 lembaga, diperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2023 menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,27 miliar. Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang mencapai US$ 3,12 miliar.

Dari data tersebut kata Ronny, terlihat indikasi adanya tekanan pada neraca dagang yang terus terjadi, serta terjadi penurunan angkanya juga terlihat cukup signifikan. Hal ini terjadi karena kinerja ekspor semakin tertekan oleh peningkatan impor, yang salah satunya tentunya oleh impor bahan pokok yang dipesan oleh pemerintah melalui importir.

Sementara itu, Doni tidak melihat adanya dampak yang signifikan terhadap APBN.  Karena sebagian besar impor dilakukan secara komersial untuk dijual kembali di dalam negeri alias tidak gratis.

“Jika pun ada intervensi fiskal, bentuknya adalah subsidi, untuk menciptakan dual track pricing yang bertujuan untuk menekan kenaikan harga,” ungkapnya.

Baca Juga: Kementerian Pertanian Terbitkan Rekomendasi Impor Bawang Putih Sebanyak 1,1 Juta Ton

Apalagi, biasanya importir bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah dari luar negeri. Sehingga importir bisa melepas harga yang tidak terlalu mahal di pasar domestik. “Jadi kalau harus ada subsidi terhadap komoditas impor tertentu, saya cukup yakin masih terbilang affordable bagi APBN Indonesia,” imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) mengklaim bahwa Indonesia semakin banjir impor pangan.

Menurutnya impor pangan dari tahun ke tahun kian meningkat. Pada tahun 2004 Indonesia hanya impor gandum sekitar 4 juta ton saat ini meningkat menjadi 13 juta ton. Pun, dengan gula yang saat ini nilai impornya hampir mencapai 6 juta ton dari sebelumnya hanya 1 juta ton saja.

"Jadi banyak sekali, kita semakin bergantung. Kan trennya semestinya menurun tapi ini nggak, semakin besar," kata Mendag di Kantornya, Kamis (15/6).

Baca Juga: Harga Beras Naik tapi Pemerintah Berlakukan HET, Ini Kata Wahana Inti Makmur (NASI)

Bukan hanya pangan pokok, menurutnya impor juga membanjiri berbagai komoditas buah dan sayuran. Padahal kata dia produk yang diimpor bisa diproduksi di dalam negeri.

Pasalnya buah-buah yang diimpor adalah buah jenis tropis seperti kelengkeng, jeruk keriput hingga apel yang di Indonesia juga memproduksi buah tersebut.

Untuk diketahui, pemerintah mengalokasikan anggaran Ketahanan Pangan sebesar Rp 95 triliun. Anggran tersebut diarahkan untuk peningkatan ketersediaan, akses, dan kualitas pangan, baik pertanian maupun perikanan.

Baca Juga: Cadangan Tipis, Realisasi Impor Gula Baru 25% dari Kuota 1,01 Juta Ton

Anggaran Ketahanan Pangan 2023 ini lebih besar 0,9% dari tahun 2022. Angka ini juga masih lebih besar dari rata-rata anggaran Ketahanan Pangan selama 5 tahun terakhir sejak 2019 yaitu sebesar Rp 89,76 triliun.

Terdapat 12 komoditas pangan strategis yang menjadi perhatian pemerintah di bidang Ketahanan Pangan. Mulai dari Beras, Jagung, Kedelai, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai Besar, Cabai Rawit, Daging Sapi/Kerbau, Daging Ayam Ras, Telur Ayam Ras, Gula Pasir, sampai komoditas yang sempat menjadi isu belakangan ini yaitu Minyak Goreng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×