Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia mengungkapkan sejumlah tantangan ekonomi global yang berpotensi mempengaruhi perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, memaparkan beberapa risiko tersebut, seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, yang kembali meningkat.
Menurut Mattoo, konflik tersebut menyebabkan terganggunya jalur perdagangan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Indonesia Satu-satunya Negara Asia Pasifik yang Ekonominya Pulih Sebelum Pandemi
"Kapal-kapal ke kawasan tersebut, alih-alih datang dengan cepat melalui Terusan Suez, sekarang mengambil rute panjang yang berliku-liku di sekitar Tanjung Harapan, yang berarti bahwa biaya pengiriman saat ini 40% lebih tinggi daripada sebelum pandemi," ujar Mattoo dalam acara East Asia and Pacific Economic Update pada Kamis (10/10).
Situasi ini dikhawatirkan akan memperlambat arus barang dan meningkatkan harga kebutuhan pokok seperti minyak, yang pada akhirnya dapat mengganggu permintaan global untuk ekspor dari kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Selain konflik geopolitik, perlambatan ekonomi di China juga menjadi sorotan. Bank Dunia mengkhawatirkan perlambatan ini akan berdampak pada ekspor negara tersebut, yang berimbas pada rantai pasokan global.
Baca Juga: Prabowo Berjanji Tekan Kemiskinan dengan Bansos, Kredit Usaha, dan Program Mekaar
Lebih lanjut, munculnya restriksi perdagangan global, seperti penerapan tarif baru, pembatasan ekspor, dan kebijakan industri domestik, juga berpotensi menekan perdagangan internasional. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong produsen untuk lebih memilih bahan baku domestik ketimbang impor.
Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update yang dirilis pada Oktober 2024, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5% pada 2024, dan meningkat menjadi 5,1% pada 2025.
Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan laporan sebelumnya pada April 2024, yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,9% untuk tahun 2024 dan 5% untuk tahun 2025.
Bank Dunia menilai, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kembali ke level sebelum pandemi, namun masih lebih moderat jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Pasifik, seperti Afghanistan, Arab Saudi, Bahrain, Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, dan Fiji.
Baca Juga: Ini Penyebab Harga Beras Indonesia 20% Lebih Mahal Dibanding Pasar Global
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan akan tetap berada di bawah tingkat pertumbuhan pra-pandemi, dengan masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,9%, 6%, 2,4%, dan 6,1% pada tahun 2024.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga yang relatif stabil, realisasi investasi yang masih sesuai target, serta peningkatan belanja pemerintah yang turut memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.
Selanjutnya: Apakah Buah Naga Bagus untuk Diet Tubuh? Mari Kupas Faktanya di Sini
Menarik Dibaca: Apakah Buah Naga Bagus untuk Diet Tubuh? Mari Kupas Faktanya di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News