kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia prediksi ekonomi RI minus 2, ini kata ekonom Josua Pardede


Selasa, 29 September 2020 / 17:35 WIB
Bank Dunia prediksi ekonomi RI minus 2, ini kata ekonom Josua Pardede
ILUSTRASI. Pertumbuhan ekonomi


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bisa ambles hingga 2% di tahun 2020. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pemerintah harus cepat mengeskalasi penyerapan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di sisa tiga bulan ini.

Meski memang, Josua tidak memungkiri perekonomian global dan nasional masih akan terus diliputi oleh ketidakpastian akibat pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19).

Josua menilai, laporan Bank Dunia mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi dalam negeri bisa lebih lambat dari perkiraan yang awal mempertimbangkan kurva kasus Covid-19 di Indonesia masih menunjukkan tren peningkatan.

Sementara sebagian besar negara lainnya cenderung sudah menghadapi second wave dari Covid-19.

Baca Juga: Target ekonomi RI tumbuh 5% di 2021, ini pendorongnya

Oleh sebab itu, selain penanganan kasus Covid-19 di dalam negeri yang juga diikuti sosialisasi disiplin protokol kesehatan, pemerintah juga perlu mempercepat penyerapan anggaran kesehatan secara khusus yang sudah dialokasikan dalam anggaran PEN.

Selain itu, penyaluran anggaran perlindungan sosial dalam PEN juga perlu dipercepat, sehingga dapat menahan penurunan daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan realisasi anggaran program PEN sampai dengan 16 September 2020 sebesar Rp 254,4 triliun. Pencapaian ini setara dengan 36,6% dari total pagu senilai Rp 695,2 triliun.

Untuk realisasi anggaran kesehatan sebesar Rp 18,45 triliun, setara 21,07% dari pagu senilai Rp 87,55 triliun. Sementara, perlindungan sosial sebesar Rp 134,45 triliun atau sama dengan 65,94% dari pagu Rp 203,91 triliun.

Menurut Josua, ekonomi Indonesia akan tergantung pada penanganan kesehatan. Makanya, pemerintah perlu tetap fokus dalam memperkuat penanganan Covid-19 secara nasional apalagi mempertimbangkan kasus positif masih dalam tren yang meningkat, sedangkan banyak negara-negara lain sudah mengalami second wave.

Setali tiga uang, dengan penanganan yang baik, Josua bilang confidence konsumen dan pelaku usaha akan cepat pulih.

Hal ini mengingat aktivitas ekonomi pun akan meningkat signifikan dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), namun tetap menjaga protokol kesehatan serta adanya penurunan kurva penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Bank Dunia pesimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi minus 2% di 2020

“Setelah penanganan tersebut diperkuat, maka pemerintah juga perlu fokus mendorong percepatan belanja pemerintah secara khusus anggaran PEN secara produktif dan tepat sasaran dan mendukung sektor-sektor yang sifatnya labor intensif seperti UMKM, sektor pertanian, manufaktur sedemikian sehingga akselerasi pemulihan pun akan semakin cepat,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (29/9).

Josua menyampaikan, stimulus fiskal tersebut harus konsisten dikombinasikan dengan kebijakan moneter yang longgar, maka dukungan pembiayaan bagi sektor riil pun akan mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Kata Josua faktor pendorong perekonomian nasional tentunya masih mengharapkan konsumsi rumah tangga.” Oleh sebab itu, untuk produksi barang dan jasa nasional perlu didorong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam jangka pendek dengan tentunya perlu didukung oleh gerakan bangga buatan Indonesia,” ujar dia.

Adapun, proyeksi Josua pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan berkisar minus 2,5% hingga minus 1,5%. Dengan kata lain, di bawah prediksi pemerintah yakni minus 1,7% sampai dengan 0,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×