CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Bank Dunia: Peningkatan Suku Bunga The Fed Jadi Dilema Bank Indonesia


Minggu, 20 Februari 2022 / 13:36 WIB
Bank Dunia: Peningkatan Suku Bunga The Fed Jadi Dilema Bank Indonesia
ILUSTRASI. Bank Dunia: Peningkatan Suku Bunga The Fed Jadi Dilema Bank Indonesia


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter (tapering off) pada akhir tahun lalu. 

Tak berhenti di situ, The Fed juga melempar sinyal untuk mulai mengerek suku bunga kebijakan pada akhir kuartal I-2022 seiring dengan pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan. 

Bank Dunia memandang, ini bisa menjadi dilema bagi Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkah kebijakan. 

“Peningkatan suku bunga kebijakan The Fed akan menciptakan dilema bagi bank-bank sentral di negara berkembang, termasuk BI,” tulis Bank Dunia dalam laporan terbarunya, seperti dikutip Minggu (20/2). 

Baca Juga: Federal Reserve Akan Memulai Serangkaian Kenaikan Suku Bunga

Dilema ini karena, bila BI tidak ikutan mengerek suku bunga acuannya mengikuti suku bunga The Fed, maka ada risiko keluarnya modal asing (capital outflow) yang tentu saja memberi dampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. 

Di sisi lain, bila BI ikut meningkatkan suku bunga acuan, maka risiko pelemahan ekonomi akan meningkat. Ini bakal mengganggu progres pemulihan ekonomi yang selama ini diperjuangkan oleh otoritas. 

Di satu sisi, pemerintah Indonesia sudah terikat janji untuk mengembalikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke bawah 3% Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023. 

Baca Juga: Pejabat Fed Padamkan Ekspektasi tentang Kemungkinan Bunga Langsung Naik Tinggi

Dalam hal ini, kemudian Bank Dunia menyarankan agar Indonesia harus mengambil langkah kebijakan dengan hati-hati. Waktu penarikan stimulus harus diperhatikan dengan baik dan harus didasarkan pada perkembangan ekonomi. 

“Karena, kombinasi pengetatan fiskal dan moneter yang dilakukan secara bersamaan akan berisiko bagi pemulihan ekonomi Indonesia,” tandas lembaga tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×