Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia (World Bank/WB) mengungkapkan total kerugian yang ditanggung Indonesia sepanjang 2019 akibat kebakaran lahan dan hutan mencapai 5,2 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 72,95 triliun (kurs Rp 14.000). Angka tersebut setara dengan 0,5% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Dalam laporan Indonesia Economic Quarterly periode Desember 2019, Bank Dunia mengungkapkan kebakaran hutan yang terjadi selama 2019 merupakan yang terparah sejak 2015 lalu dan menimbulkan kabut asap tebal.
Baca Juga: Ini 25 perusahaan jadi tersangka karhutla sepanjang 2019
Kebakaran hutan setidaknya melanda delapan provinsi, yakni Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua.
"Tidak seperti kebakaran di hutan kawasan Amerika Utara, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia adalah perbuatan manusia dan telah menjadi permasalahan kronis tahunan sejak 2017 lalu," ujar Bank Dunia dalam laporannya yang dirilis pada hari ini, Rabu (11/12).
Setidaknya hingga September 2019, laporan tersebut mengatakan terdapat 900.000 penduduk yang mengalami masalah kesehatan pernapasan, 12 bandara nasional mengalami gangguan operasional.
Baca Juga: Sejumlah pihak mendesak agar pembuktian hukum karhutla didasarkan bukti ilmiah
Pun ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia dan Singapura harus menghentikan kegiatan belajar mengajar karena kabut asap akibat kebakaran hutan tersebut.
Pemerintah memperkirakan 620.201 hektar hutan dan lahan terbakar di delapan provinsi sepanjang Januari hingga September 2019. Jumlah tersebut lebih besar 9 kali lipat dan luas kawasan DKI Jakarta.
Luas lahan dan hutan yang terbakar sepanjang tahun ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan rata-rata kebakaran hutan yang terjadi sepanjang 2016 hingga 2018. Bahkan diperkirakan akan bertambah sepanjang Oktober hingga November karena fenomena El Nino.
Baca Juga: Sinergi Pertamina dan masyarakat wujudkan desa wisata Burai
"Kebakaran lahan dan hutan yang menghasilkan kabut asap berdampak negatif terhadap ekonomi. Dampak langsung dari kebakaran hutan diperkirakan membuat kerugian hingga 157 juta dollar AS berupa kerusakan aset dan 5 miliar dollar AS karena kehilangan potensi dari kegiatan ekonomi," jelas Bank Dunia.
Selain itu, Bank Dunia juga menyebutkan kebakaran hutan tersebut juga bakal berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri. Sebab, ini bakal berpengaruh terhadap produksi dari komoditas seperti tanaman hutan tahunan serta kayu yang membutuhkan setidaknya 2 hingga 5 tahun untuk bisa dipanen.
Bank Dunia juga memperkirakan penurunan 0,09% dan 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing tahun 2019 dan 2020 akibat kebakaran hutan. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5% untuk 2019 dan 5,1% untuk 2020.
Baca Juga: Ingin Berkemah di Punti Kayu, Palembang? Jangan Lupa Bawa 5 Perlengkapan Ini!
"Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi secara berulang juga meningkatkan persepsi global terhadap produk minyak kelapa sawit asal Indonesia. Hal tersebut terlihat dari merosotnya permintaan dari negara-negara Eropa juga rencana Uni Eropa untuk tak lagi menggunakan bahan bakar alami berbasis minyak kelapa sawit mulai 2030 mendatang," ujar Bank Dunia. (Mutia Fauzia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bank Dunia: Kerugian RI Akibat Kebakaran Hutan Capai Rp 72,95 Triliun"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News