Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Musibah banjir yang melanda Pantai Utara Jawa (Pantura) beberapa waktu lalu telah merusah sejumlah infrastruktur perikanan. Menurut data Kementerian Kelautan (KKP), jumlah kerugian mencapai Rp 578 miliar secara nasional.
Menurut Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan, bencana banjir yang melanda wilayah Pantai Utara Jawa, beberapa waktu lalu menyisakan kerugian sangat besar.
Khusus untuk Jawa Tengah, kerugian ditaksi mencapai Rp 85 miliar. "Ini mencakup 10 kabupaten, termasuk Demak," kata Sharif dalam keterangan resmi, Minggu, (16/3).
Sedangkan luasan kawasan budidaya yang terkena dampak banjir tercatat 1.635 hektare. Rusaknya infrastruktur seperti saluran irigasi, konstruksi tambak maupun jalan produksi di sentra produksi mengakibatkan terhentinya kegiatan pembudidaya untuk beberapa saat, karena tambak tidak bisa difungsikan. Banjir juga mengakibatkan gagal panen akibat hanyutnya biota peliharaan dari tambak.
"Musibah banjir yang menimpa kawasan Pantura Jawa, termasuk Jawa Tengah akan menggangu produksi ikan nasional. Apalagi selama ini Jawa Tengah dikenal sebagai sentra produksi budidaya khususnya udang, bandeng, lele dan nila, dengan kontribusi kurang lebih 5,5% dari total produksi ikan nasional," tegas Sharif.
Sementara itu, bencana banjir di kabupaten Demak mencapai luas 1.635 hektare, dengan kerugian hingga mencapai Rp 20 miliar. Adapun total jumlah pembudidaya ikan di Demak yang terkena dampak banjir sebanyak 3.319 petambak. Banjir di Demak juga merusak sentra produksi lele di desa Wonosari Kecamatan Bonang. Untuk mengatasinya, KKP telah menyiapkan bantuan senilai Rp 7,1 miliar.
"Termasuk Paket Bantuan Korban Banjir Demak dari DJPB senilai Rp 291 juta terdiri dari bantuan induk dan benih, dan rehabilitasi saluran melalui kegiatan pengelolaan irigasi tambak partisipatif," pungkas Sharif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













