kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Bangun infrastruktur penyediaan air minum, pemerintah dorong pembiayaan alternatif


Minggu, 31 Januari 2021 / 08:10 WIB
Bangun infrastruktur penyediaan air minum, pemerintah dorong pembiayaan alternatif
ILUSTRASI. Foto udara Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat (27/11/2020).


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong berbagai pembiayaan alternatif untuk pembangunan infrastruktur penyediaan air minum. Hal ini guna mewujudkan 100% akses air minum aman.

Direktur Air Minum, Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, Kementerian PUPR, Yudha Mediawan mengatakan, pihaknya terus mendorong alternatif pembiayaan selain anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk menambah jumlah sambungan rumah tangga (SR). "Jangan berfokus pada APBN atau APBD. Kita harus tangkap skema pembiayaan alternatif yang cerdas," kata Yudha dalam siaran pers, Minggu (31/1).

Yudha menyebut, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR menargetkan pembangunan SR hingga 10 juta unit di Indonesia hingga 2024. Adapun dikatakan Yudha, investasi yang dibutuhkan untuk mengejar target tersebut mencapai kira-kira Rp143 triliun, sedangkan dana yang disediakan APBN hanya sekitar 26 persen atau sekitar Rp37 triliun hingga 2024.

"Artinya, ada kesenjangan pendanaan sekitar Rp106 triliun, yang dimana harus dipenuhi dari pembiayaan alternatif (creative financing), itu kolaborasi APBD, DAK, KPBU, pinjaman perbankan, dan lainnya," ucap dia.

Baca Juga: Pemerintah menyiapkan dana Rp 3,8 triliun bantu PDAM berkinerja kurang sehat & sakit

Yudha mengatakan, creative financing yang tengah banyak didorong salah satunya adalah menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) untuk mendapatkan pendanaan pembangunan SR dan infrastruktur air minum. Dia menambahkan, saat ini Dana Alokasi Khusus (DAK) juga sudah bisa dialokasikan untuk keperluan konstruksi sistem penyediaan air minum. PDAM juga sudah dapat melakukan kredit investasi dari sektor perbankan.

"Selain itu PDAM juga dapat mendapatkan pendanaan dari kegiatan corporate social responsibilities (CSR) badan usaha di sekitar tiap-tiap PDAM," ujar dia.

Sedangkan untuk PDAM pada kategori sehat, Yudha mengatakan, dapat menggunakan skema business to business, dimana PDAM sudah dapat bekerja sama langsung dengan PDAM lain. "Ke depan PDAM yang sudah sehat dapat membantu menangani di luar wilayah kerjanya," ujar Yudha.

Sebagai informasi, kinerja BUMD Air Minum berdasarkan Buku Kinerja BUMD Air Minum Tahun 2020, tercatat dari 387 BUMD Air Minum yang dinilai terdapat 239 (62%) BUMD Air Minum yang berkinerja sehat dan ada 148 (38%) BUMD Air Minum yang masih memiliki kinerja kurang sehat dan sakit. Penilaian kinerja dilakukan terhadap 18 indikator kinerja PDAM yang terbagi menjadi 4 aspek yakni keuangan, pelayanan, operasional dan sumber daya manusia.

Baca Juga: Prospek menjanjikan, bisnis penyediaan air masih diminati oleh emiten-emiten ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×