Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak para digital talent yang ada di luar negeri kembali ke Indonesia untuk sama-sama membangun ekosistem ekonomi digital. Sebab, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar.
Hitungan Jokowi, potensi ekonomi pada tahun 2025 diperkirakan mencapai US$ 146 miliar. Selain itu kontribusi ekonomi digital Indonesia juga diproyeksikan naik 8 kali di tahun 2030 yaitu mencapai Rp 4.531 triliun.
Berdasarkan proyeksi tersebut, Jokowi ingin Indonesia tak hanya menjadi pasar saja. Ia ingin dengan potensi tersebut Indonesia mampu menjadi pemain dalam ekonomi digital.
Guna mendukung ekosistem digital yang kondusif di Indonesia diperlukan kontribusi talenta digital. Jokowi mengajak para digital talent atau talenta-talenta Indonesia yang kini berada di luar negeri untuk kembali dan mengembangkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
"Oleh sebab itu ekosistem yang kondusif harus kita bangun bersama-sama dan digital talent yang kita miliki yang ada di luar memang harus kita undang untuk kembali ke tanah air," kata Jokowi dalam peresmian Sea Labs Indonesia secara virtual, Selasa (1/3).
Baca Juga: Punya Potensi Besar, Jokowi Berharap NU Punya Marketplace dan Platform Edutech
Jokowi mengatakan, banyak talenta bangsa Indonesia yang berkecimpung di sektor digital mulai dari artificial intelligence (AI), cloud computing, digital design, digital marketing hingga blockchain yang kini meniti karir di luar negeri.
"Saya kira banyak yang anak-anak kita yang ada di luar yang perlu kita undang untuk kembali ke tanah air dalam rangka membangun sistem digital kita agar lebih baik," imbuhnya.
Jokowi juga membocorkan, berdasarkan informasi yang ia terima dari Sea Labs Indonesia pada 2023 nanti akan diundang 1.000 orang talenta digital kembali ke Indonesia. "1.000 orang yang bisa kembali ke Indonesia atau masuk di Sea maupun di Sea Labs Indonesia, ini saya harus mengatakan apa adanya saya sangat menghargai upaya-upaya seperti ini," ungkapnya.
Jokowi menambahkan, perkembangan di sektor ekonomi digital seperti adanya Sea Labs Indonesia diharapkan juga bisa memicu pemasaran produk-produk UMKM. Sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif yang merata dan berkeadilan.
"Potensi-potensi digital Indonesia di 2030 diperkirakan mencapai Rp 4.531 triliun kan gede sekali ini dan perkiraan itung-itungan itu saya rasa tidak meleset jauh-jauh. Jadi harapan saya pulang semualah, pulang, di sini kan juga sudah banyak sekarang, ada opportunity, perusahaan-perusahaan gede semua ada di sini," ujar Jokowi.
Ainun Najib, Head of Analytics Platform and Regional Business Grab di Singapura mengatakan, kunci agar para talenta digital kembali ke Indonesia ialah opportunity dan stability.
Untuk opportunity, Ainun mengakui, Indonesia memiliki banyak sekali opportunity sebagai satu dari pemain besar di market terbesar ketiga di dunia. Hanya saja untuk sisi stability Ainun menyebut masih perlu diperbaiki.
"Nah stability ini mungkin yang agak tricky. Ada yang mungkin karena pertimbangan keluarga, ada yang pertimbangan stabilitas karir terus kalau saya pribadi pendidikan anak-anak. Jadi stability itu mungkin masih perlu diperbaiki," kata Ainun.
Meksi berada di luar negeri, Ainun menyebut, pada diaspora talenta digital Indonesia masih memiliki peran dalam memajukan ekonomi digital di Indonesia. Terdapat tiga peran diaspora yaitu inspirasi atau referensi, advokasi dan eksekusi.
"Referensi, menjadi benchmark buat teman-temen yang ada di Indonesia, terutama talenta lebih muda. Yang kedua advokasi, jadi bisa memberikan advice dari jauh untuk teman-teman yang di Indonesia. Yang ketiga eksekusi, eksekusi pun bisa dari jauh Pak. Dan kami sering melakukannya inisiatif-inisiatif yang dilakukan bersama-sama oleh teman-teman diaspora," jelasnya.
Ainun menambahkan, meski secara fisik para talenta digital jauh dari tanah air, namun secara hati masih diperuntukkan bagi Indonesia.
Ainun optimistis Indonesia mampu menjadi talenta teknologi yang terbesar setidaknya keempat di dunia. Saat ini posisi pertama ialah China disusul India yang banyak diasporanya menjadi pimpinan-pimpinan tertinggi perusahaan teknologi di dunia. Ketiga Amerika Serikat (AS) sebagai pionir teknologi digital dan diharapkan keempat ialah Indonesia.
"Yang keempat ini kursinya Indonesia, karena kita bangsa terbesar keempat, saya rasa hanya soal waktu. Yang perlu dilakukan jangka panjang, baik yang dilakukan mas Menteri Nadiem dengan merdeka belajar untuk jangka panjang, juga bisa terus dipertahankan," imbuhnya.
Baca Juga: Ekonom: Presidensi di G20 Buka Peluang Investor Melirik Potensi Investasi Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News