Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pengadaan bahan ujian nasional (UN) untuk SMA/SMK sederajat yang dilakukan PT Ghalia Indonesia Printing mengalami kendala. Akibatnya, pemerintah memutuskan UN di 11 provinsi harus ditunda hingga Kamis (18/4). Bagaimana Ghalia bisa mendapat proyek tersebut?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menjelaskan, Ghalia adalah salah satu dari enam perusahaan yang memenangi tender. Menurut dia, enam perusahaan itu terpilih setelah pihaknya mempertimbangkan berbagai hal, seperti kapasitas produksi, mesin, dan penawaran harga.
Ada enam paket yang ditawarkan. Hasil tender, kata Nuh, ada satu perusahaan yang memenangi dua paket, salah satunya paket 3. Padahal, ucapnya, satu perusahaan hanya boleh memegang satu paket.
Penilaian terhadap Ghalia, tambah Nuh, bukan yang terbaik. Adapun perusahaan yang memenangi dua paket, kata dia, akhirnya tidak memilih paket 3. "Mau enggak mau, yang ranking satunya itu naik, ya Ghalia (dapat paket 3)," kata Nuh di Jakarta, Selasa (16/4).
Nuh mengatakan, selama proses pengadaan, dirinya selalu menerima laporan bahwa semua lancar dan akan selesai sesuai jadwal. Begitu pula ketika ditanyakan kepada Ghalia. Hanya saja, Nuh baru mendapat informasi adanya masalah empat hari sebelum UN.
Dikatakan Nuh, ada dua opsi ketika itu, yakni UN ditunda secara nasional atau hanya 11 provinsi. Lantaran soal UN setiap zona berbeda, kata dia, maka diputuskan hanya 11 provinsi ditunda menjadi Kamis.
"Katanya (Ghalia) terlambat menerima bahan soalnya. Saya tidak yakin karena dia pun sudah kontrak bersedia. Perusahaan lain bisa. Ini dari enam itu, hanya dia sendiri enggak bisa menyelesaikan tepat waktu," ucap Nuh.
Sesuai instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pihak Kemendikbud tengah menyelidiki bagaimana keterlambatan bisa terjadi. Menurut Nuh, penyelidikan akan dilakukan menyeluruh, mulai dari proses tender sampai penentuan pemenang.
Berdasarkan data dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), dalam proses lelang, Ghalia memberi penawaran sekitar Rp 22,4 miliar untuk pengadaan dan distribusi bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK, Paket A/Ula, Paket B/Wusta, Paket C, dan Paket C Kejuruan untuk paket 3.
Padahal, berdasarkan data Fitra, ada tiga perusahaan lain yang menawarkan lebih rendah, yakni PT AI sebesar Rp 17,1 miliar, PT JTP Rp 21,1 miliar, dan PT BDP Rp 21,6 miliar. (Sandro Gatra/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News