Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontraksi pada aktivitas manufaktur di dalam negeri terus berlanjut hingga awal tahun 2020. Survei IHS Markit mencatat Indeks manufaktur atau Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada pada level 49,3 pada Januari 2020.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai, dinamika kondisi global saat ini menghambat perbaikan pertumbuhan ekonomi global sehingga turut mempersulit upaya peningkatan PMI Manufaktur Indonesia.
Baca Juga: Waspadai kredit berisiko, perbankan bakal makin selektif
Apalagi, dampak wabah virus corona kini mengancam prospek pertumbuhan ekonomi China turun lebih dalam.
“Secara tidak langsung juga akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional karena China merupakan rekan dagang dan investasi terbesar Indonesia. Pertumbuhan China dan Hongkong bisa turun 1%-2% seperti saat SARS dulu, yang menurunkan pertumbuhan berbagai negara di dunia,” tutur Shinta, Senin (3/2).
Di sisi lain, kondisi aktivitas manufaktur yang lesu juga disebabkan oleh faktor domestik. Shinta memandang, masih diperlukan banyak perbaikan dalam iklim usaha dan investasi yang pada saat ini tengah diupayakan melalui wacana omnibus law.
Baca Juga: Pelaku usaha manufaktur tertekan lemahnya permintaan barang dalam dan luar negeri
Oleh karena itu, Shinta mengatakan, saat ini seberapa cepat dan konsisten pelaksanaan omnibus law menjadi krusial untuk peningkatan PMI Manufaktur.
“Seberapa jauh iklim usaha dan investasi nasional berubah pasca omnibus law dilaksanakan, apa saja yg ternyata masih perlu diperbaiki, itu menentukan,” lanjut Shinta.
Menurutnya, jika pemerintah mampu memberi sinyal untuk menyelesaikan dan memastikan pelaksanaan omnibus law dalam waktu dekat, maka rebound manufaktur berpotensi terjadi di paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: Anugerah Pharmindo kuasai pangsa pasar distribusi prinsipal obat multinasional
“Tergantung seberapa cepat omnibus law ini dilaksanakan dan memberikan dampak positif yang diinginkan pasar secara riil. Singkatnya, kita masih bisa optimis produktivitas dan pertumbuhan di akhir tahun bisa membaik,” tutur Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News