kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.778   17,00   0,11%
  • IDX 7.467   -12,81   -0,17%
  • KOMPAS100 1.154   -0,21   -0,02%
  • LQ45 915   1,11   0,12%
  • ISSI 226   -0,98   -0,43%
  • IDX30 472   1,27   0,27%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,15   0,11%
  • IDXV30 140   1,01   0,73%
  • IDXQ30 157   0,31   0,20%

Atasi perang dagang, ADB: Negara Asia pasifik harus perkuat kerjasama perdagangan


Rabu, 26 September 2018 / 17:20 WIB
Atasi perang dagang, ADB: Negara Asia pasifik harus perkuat kerjasama perdagangan
ILUSTRASI. Asian Development Bank (ADB) Outlook


Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memuncak berdampak kepada pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Terkait hal tersebut, Asian Development Bank (ADB) mengusulkan agar negara-negara di kawasan Asia Pasifik berkerjasama untuk meningkatkan hubungan perdagangan antar sesama negara di kawasan tersebut.

"Tantangan ekonomi di tahun ini adalah masalah perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Tetapi, hal itu masih terlihat dapat ditangani," ujar Emma Allen, Ekonom ADB pada acara Asian Development Outlook (ADO), Rabu (26/9).

Upaya peningkatan hubungan perdagangan, ke depannya akan menghasilkan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Khusus untuk Indonesia, setidaknya ada lima perjanjian dagang internasional yang ditargetkan pemerintah. Tapi hanya dua dari lima perjanjian dagang tersebut yang diperkirakan akan berhasil diselesaikan di tahun ini.

Dua perjanjian dagang yang diperkirakan bisa selesai di tahun ini yaitu, pertama, perjanjian kerjasama komprehensif antara Indonesia dan Australia atau Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Kedua, perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia-Uni Eropa atau Europe Free Trade Association (EFTA)-CEPA.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga bisa didorong dari permintaan domestik yang kuat, harga minyak dan gas yang tinggi, serta pertumbuhan India yang kembali naik selepas dari konsolidasi.

Permintaan domestik yang kuat, serta harga minyak dan gas yang tinggi tentunya akan menjadi penggerak bagi perekonomian terbesar di kawasan ini.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi mulai melambat di enam dari 10 negara Asia Tenggara, yang kini diperkirakan pertumbuhan ekonominya akan tumbuh di 5,1% pada 2018. Penurunan 0,1 poin persentase dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan seharusnya berada di angka 5,2% pada 2019, konsisten dengan perkiraan dari April 2018.

"Walaupun ada tekanan dari global dan current account deficit (CAD) Indonesia tahun ini diperkirakan 2,6%. Ekonomi masih akan dapat tumbuh sampai dengan 5,2% di tahun ini. Hal ini didorong juga oleh adanya permintaan domestik yang kuat dan investasi swasta," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×