kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi suku bunga acuan: BI diperkirakan bakal hemat energi


Minggu, 23 September 2018 / 21:53 WIB
Proyeksi suku bunga acuan: BI diperkirakan bakal hemat energi
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diramal bakal mempertahankan bunga acuannya di level 5,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan digelar pada 26-27 September 2018.

Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono mengatakan, saat ini adalah situasi yang dilematis bagi BI untuk membuat keputusan terkait suku bunga acuan. Namun, diperkirakan BI akan agak menghemat energi sedikit pada bulan ini

“Saya duga BI akan memilih bersikap konservatif, yaitu tetap bertahan dulu di suku bunga acuan 5,5%,” kata Tony kepada Kontan.co.id, Minggu (23/9).

Tony mengatakan, situasi kini menjadi dilematis sebab rupiah menguat dan stabil pada kurs tengah Rp 14.700-an sehingga 7-Day Repo Rate tidak perlu dinaikkan. Namun di sisi lain, The Fed akan mengadakan rapat FMOC 25-26 September 2018, dan hampir pasti menaikkan suku bunga acuannya ke 2,25%.

Indikasinya sudah jelas, yakni perekonomian AS terus membaik yang ditandai dengan penyerapan tenaga kerja Juli 2018 mencapai 201 ribu orang. Adapun, inflasi AS saat ini masih 2,7% meski sudah turun dari level sebelumnya 2,9%, tetapi belum pada level ideal 2%.

Oleh karena itu, Tony memperkirakan, BI akan menahan suku bunga acuannya di bulan ini, tetapi sesudah FFR ditetapkan oleh The Fed, baru BI akan melihat dulu respons pasar.

“Tren ke depannya, saya rasa BI akan menaikkan suku bunganya. Namun belum bisa diketahui kapannya,” ucapnya.

Chief Economist Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro juga memperkirakan, BI akan menahan suku bunga acuan di 5,5% pada RDG bulan ini. Sebab, tidak ada alasan yang kuat untuk menaikkan suku bunga acuan mengingat

“Bond yield turun dan rupiah menguat. Kalau BI rate naik lagi, bond yield yang sudah turun bakal naik lagi,” kata Satria kepada Kontan.co.id.

Bila BI menaikkan suku bunga acuannya di bulan ini dan yield obligasi naik, ia mengatakan, ongkos untuk menerbitkan obligasi akan tambah mahal sehingga ekspansi bisnis terganggu.

Meski demikian, Ekonom sekaligus Project Consultant ADB Institute Eric Sugandi memproyeksi, BI akan menaikkan 25 bps bulan ini menjadi 5,75%. Hal ini dilakukan untuk merespons FFR yang akan naik bulan ini.

“Saya expect BI akan menaikkan 25 bps bulan ini, apalagi jika US FFR naik pada FOMC bulan ini,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus menguat di tengah tekanan pelemahan dollar dalam skala global.

Hal ini dipicu oleh dua hal. Pertama, bank sentral negara maju lainnya seperti bank sentral Norwegia dan Bank Nasional Swiss mulai menaikkan suku bunga. Serta bank sentral Australia dan Swedia yang mulai memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga.

Hal ini, menurut Nanang, merupakan awal sebuah proses arah kebijakan moneter negara maju akan mulai konvergensi sehingga AS bukan satu satunya negara di kelompok negara maju dengan suku bunga yang tengah meningkat

"Bahkan dengan kemungkinan naiknya suku bunga The Fed pada pertemuan komite kebijakan moneter The Fed (FOMC) pekan depan, kalangan analis mulai meragukan akan menjadi penopang penguatan dollar," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×