kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Atasi Krisis Keuangan, Pemerintah Jaga Tiga Prioritas Ekonomi


Rabu, 08 Oktober 2008 / 19:31 WIB
Atasi Krisis Keuangan, Pemerintah Jaga Tiga Prioritas Ekonomi
ILUSTRASI. Yuwono Triatmodjo


Reporter: Hans Henricus B |

JAKARTA - Pemerintah memprediksikan krisis ekonomi Amerika Serikat bakal berdampak pada perekonomian Indonesia paling lambat 2009. Itu sebabnya, pemerintah tetap menjaga tiga prioritas ekonomi, yaitu target pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan penurunan angka pengangguran. Caranya, pemerintah kembali membuka peluang perubahan asumsi makro ekonomi dan postur pembiayaan APBN 2009.

Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan Bappenas Bambang Widianto bilang, meski terjadi perubahan postur maupun berbagai asumsi makro ekonomi, namun tiga prioritas itu merupakan substansi utama pembangunan ekonomi yang tetap harus dicapai pemerintah. Untuk itu, tambahnya, alokasi anggaran langsung untuk ketiga prfioritas ini diusahakan agar tidak dikurangi.

"Bisa saja terjadi perubahan pada postur APBN 2009, selain sejumlah indikator makro ekonominya. Tapi kita akan tetap mengawal bahwa tiga prioritas itu tetap tidak berubah," ujar Bambang di Jakarta, Rabu (8/10).

Akibat krisis finansial AS, pemerintah terpaksa mengajukan kembali penyesuaian berbagai asumsi makro ekonomi yang telah disepakati pemerintah dengan Panja Asumsi DPR baru-baru ini. Sebelumnya Bappenas mengusulkan revisi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2009 misalnya diusulkan turun jadi 6% dari sebelumnya 6,3% dan inflasi jadi 6,5-7,5% dari 6,2%.

Begitu juga target nilai tukar ditetapkan sebesar Rp 9.200 dari sebelumnya Rp 9.150 per USD. Beberapa asumsi lain dipastikan tetap seperti asumsi ICP US$ 95 per barrel, suku bunga SBI 3 bulan 8,0%, konsumsi BBM 36,8 juta kilo liter, dan lifting 960 ribu barrel per hari.

Selain itu, lanjut Bambang, komposisi pembiayaan dari penerbitan obligasi negara dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) juga bisa berubah, termasuk penerimaan negara dari perpajakan juga diproyeksikan menurun. "Defisit juga pasti akan turun dari kesepakatan 1,7%," kata dia.

Mengacu data awal Bappenas sebelumnya, pemerintah menargetkan pengurangan angka kemiskinan 2009 pada 12-14%. Pada tahun yang sama, angka pengangguran ditargetkan turun pada level 7-8%. Pencapaian target kedua prioritas itu berdasar asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3%, inflasi 6,2%, nilai tukar rupiah Rp 9.150 per USD.

Menanggapi hal tersebut, Peneliti Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam menyarankan agar pemerintah tetap harus bersikap realistis dalam mengamankan ketiga prioritas tersebut. Menurutnya, perubahan asumsi makro bahkan postur di APBN 2009 otomatis akan berdampak pada penurunan pencapaian ketiga prioritas tersebut.

"Kalau asumsinya berubah, termasuk juga postur APBN-nya, berarti sasaran ketiga prioritas ini juga otomatis berubah. Memang, dengan kondisi seperti saat ini, kita cukup mengerti bila asumsi diubah, tapi bila targetnya tidak berubah, saya kira sulit dipertahankan," ujarnya.

Latif mencontohkan dampak perubahan besaran inflasi bagi tingkat daya beli yang berkaitan dengan ukuran kemiskinan. Menurutnya, bila inflasi tinggi, maka kemampuan daya beli masyarakat akan turun sehingga hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan kemiskinan.

Terkait relevansi tiga skenario Bappenas untuk menjaga ketiga sasaran ini, yaitu percepatan belanja pemerintah, perluasan jaring pengaman sosial dalam bentuk perluasan dana bantuan langsung tunai, dan revitalisasi modal ventura, Latif masih sangsi. Menurutnya, selain masih belum jelas realokasi dan sasarannya, dampak krisis finansial AS juga masih belum bisa diperhitungkan besaran puncaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×