kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Asosiasi Pertekstilan Indonesia: Kredit macet Duniatex memungkinkan terjadinya PHK


Senin, 12 Agustus 2019 / 16:55 WIB
Asosiasi Pertekstilan Indonesia: Kredit macet Duniatex memungkinkan terjadinya PHK
ILUSTRASI. Sudahkah Kita Siaga PHK


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Duniatex Group dikabarkan mengalami kredit macet. Kesulitan keuangan muncul akibat salah satu entitasnya, yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) gagal menunaikan kewajibannya membayar bunga senilai US$ 13,4 juta atas pinjaman sindikasi dari 14 bank senilai total US$ 260 juta pada 10 Juli 2019.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, tidak menuntup kemungkinan DDST melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) guna efisiensi keuangan perusahaan.

Menurutnya, masalah keuangan industri tekstil diakibatkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berimbas dengan penurunan marjin. Sementara, dari internal biaya produksi bisa saja menghambat arus keuangan DDTS.

“Akan tetapi saya harap jangan sampai PHK, perlu bertahan dengan melakukan efisiensi dan efektifikasi lainnya,” kata Ade kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).

Berdasarkan catatan Kontan.co.id sebelumnya Duniatex Group mulai ambil ancang-ancang mempersiapkan strategi melunasi tagihan-tagihannya. Kini, konsultan keuangan yang ditunjuk yaitu AJCapital Advisory tengah menyisir aset di 25 pabrik dari enam entitas Duniatex Group.

Di sisi lain, Duniatex Group berkomitmen untuk tak melakukan PHK terhadap pekerjanya. Duniatex Group terdiri atas enam entitas perusahaan di tiga lini produksi dan mempekerjakan 45.000 pekerja di 25 pabrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×