Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit Default Swap (CDS) Indonesia kembali naik pada Februari 2023. Berdasarkan data Bloomberg, CDS Indonesia tenor 5 tahun per Rabu (15/2) berada di level 90,63.
Angka ini meningkat 14,86% dari posisi terendah 2023 berjalan yakni di 78,90 pada 3 Februari 2023. Sementara itu, CDS tenor 10 tahun naik 12,25% menjadi 158,65 dari level terendah di 141,33 pada 2 Februari 2023.
Sebagai informasi, CDS adalah produk derivatif berupa kontrak keuangan yang memungkinkan investor untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bisnisnya kepada pihak lain, dengan membayar premi sesuai angka yang disepakati. CDS juga biasa dikenal sebagai asuransi kebangkrutan.
Kenaikan angka di indeks CDS menunjukkan bahwa premi asuransinya juga naik. Hal ini merupakan efek dari situasi ekonomi yang memburuk sehingga risiko kebangkrutan juga meningkat.
Baca Juga: Pemerintah Siap Melaksanakan Pilar Dua Pajak Global Tahun Depan
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengatakan, kenaikan CDS belakangan ini disebabkan oleh aksi jual investor asing yang telah masuk ke pasar obligasi sejak November 2022. Investor asing memprediksi, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan mencapai puncaknya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Februari 2023.
Prediksi ini membuat investor asing melakukan aksi profit taking serta melepas kepemilikan di pasar obligasi. Sepanjang pekan lalu saja, terdapat aksi jual asing di pasar obligasi sebesar Rp 1,32 triliun.
"Mereka melihat bahwa harga obligasi Indonesia sudah mencapai puncaknya dan memutuskan untuk mengambil untung. Hal ini kemudian mendorong CDS meningkat kembali setelah sebelumnya mengalami penurunan," kata Suhindarto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/2).
Faktor kenaikan CDS lainnya berasal dari nilai tukar rupiah yang kembali melemah ke atas level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah 3 Februari 2023. Sebelum itu, kurs rupiah sempat menguat beruntun hingga ke sekitar Rp 14.900 per dolar AS.
Untuk sepanjang tahun 2023, Suhindarto melihat, tingkat CDS akan bergerak seiring dengan aliran masuk dan keluarnya modal asing dari Indonesia, serta nilai tukar rupiah.
"Sepanjang kedua hal ini bisa dijaga, saya optimistis CDS Indonesia akan terjaga di bawah historis tahun 2004 sampai 2022 yang berada di 178," ucap dia.
Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menambahkan, bagi investor yang tergolong risk taker, kenaikan CDS dapat menjadi momentum untuk membeli surat utang. Pasalnya, ketika CDS naik, harga surat utang biasanya terkoreksi cukup tajam.
Berkaca pada tren sejak kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed, investor asing hanya keluar sementara dan kembali masuk ketika harga telah terdiskon cukup dalam. Dengan kata lain, investor asing mengambil momentum jangka pendek untuk merealisasikan untung.
Sementara untuk jangka panjang, faktor fundamental yang jadi penentu, seperti peringkat sovereign Indonesia dan kondisi ekonomi dalam negeri. Hal ini tercermin dari masuknya aliran modal asing sejak November 2022 hingga Januari 2023 berkat fundamental ekonomi Indonesia yang solid.
Baca Juga: Gubernur BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Akan Bias ke Atas Kisaran Perkiraan
Bernada serupa, Kepada Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, peningkatan CDS Indonesia sejak awal Februari 2023 disebabkan oleh menguatnya dolar AS berkat data ketenagakerjaan AS yang positif. Menguatnya data ketenagakerjaan AS dapat membuat inflasi tetap tinggi.
"Alhasil, data tersebut mendorong sentimen dan ekspektasi bahwa The Fed masih akan mempertahankan kebijakan hawkish-nya dalam jangka pendek," kata Josua.
Josua memperkirakan, sentimen ini berpotensi mendorong kenaikan CDS ke kisaran 95-100 dalam jangka pendek. Apalagi, tingkat inflasi AS menunjukkan bahwa inflationary pressure masih relatif tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News