Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara ASEAN bersama dengan China, Jepang, dan Korea (ASEAN+3) sepakat untuk memperkuat kerjasama Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM).
Langkah-langkah penguatan tersebut antara lain lewat peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari semula 30% menjadi 40%. CMIM IDLP ini adalah fasilitas CMIM yang diberikan kepada negara ASEAN+3 tanpa harus dikaitkan dengan program IMF.
Selain itu, otoritas fiskal dan moneter ASEAN+3 juga sepakat untuk menambah komponen mata uang lokal negara-negara anggota ASEAN+3 dalam fasilitas CMIM.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menganggap kalau ini merupakan hal yang positif bagi perekonomian Indonesia, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang mendorong terjadinya tekanan dalam likuiditas jangka pendek.
Baca Juga: Ekspor Korea Selatan hingga 20 September 2020 naik 3,6%
“Jadi, dalam keadaan genting, sesama negara ASEAN bisa memberikan support. Dengan komponen mata uang lokal yang makin besar, ketergantungan terhadap dolar AS bisa ditekan. Pengembalian asistensi likuiditas jangka pendek tidak terpengaruh fluktuasi kurs dollar AS yang berlebihan,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (21/9).
Bhima pun memberi contoh, misalnya Indonesia butuh pinjaman dari Malaysia, berarti nanti Indonesia mengembalikan pinjaman tersebut minimum 40% menggunakan ringgit, tidak menggunakan dolar AS.
Hal tersebut yang akhirnya mengurangi risiko depresiasi mata uang terhadap dolar AS. Karena, dalam rentang yang panjang, kurs di negara ASEAN rentan terdepresiasi terhadap mata uang negara Paman Sam.
Baca Juga: Negara-negara ASEAN+3 memperkokoh kerjasama Chiang Mai Initiative Multilateralisation