Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN berjalan lancar dan menghasilkan tiga kesimpulan, salah satunya adalah kesepakatan untuk membangun ekosistem mobil listrik dan menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia.
Menurut Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kendaraan listrik, namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, untuk menjadi pusat kendaraan listrik, dibutuhkan sinergi antara negara-negara ASEAN yang didasarkan pada daya saing masing-masing negara. Misalnya, Indonesia dengan baterainya, Thailand dengan produksinya, dan Vietnam dengan teknologi mobil nasionalnya.
Baca Juga: Pasca KTT ke-42 ASEAN, Jokowi : ASEAN Sepakat Membangun Ekosistem Mobil Listrik
"Hal ini harus disinkronkan sehingga masing-masing negara dapat berkolaborasi dengan rantai pasok yang dapat dimasukkan," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5).
Kedua, perlu menjamin bahwa rantai pasok memenuhi standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), terutama untuk bermitra dengan negara-negara maju. Sebagai contoh, harus dipastikan bahwa nikel yang diperoleh dari tambang di Indonesia memenuhi standar lingkungan yang ketat, dan daur ulang baterai juga harus dipertimbangkan.
Ketiga, Bhima menilai bahwa hingga saat ini, industri otomotif di Indonesia masih banyak yang belum tertarik untuk beralih ke kendaraan listrik, terutama pemain otomotif besar dari Jepang. Menurutnya, hal ini perlu dikomunikasikan dengan pelaku industri yang ada agar mereka terlibat dan difasilitasi untuk menjadi pusat kendaraan listrik di ASEAN.
Keempat, perlu adanya persamaan insentif dan subsidi dari negara-negara ASEAN. Ini akan membuat standarisasi insentif fiskal dan nonfiskal yang bisa diterapkan secara serentak di negara-negara ASEAN yang memiliki keinginan untuk masuk ke industri mobil listrik.
Baca Juga: Labuan Bajo Seperti Ibu Kota Negara saat Ada KTT ASEAN, Ini Buktinya
"Pasarnya sangat besar untuk kendaraan listrik, baik untuk kendaraan pribadi maupun untuk transportasi publik," ujar Bhima.
Kelima, perlu diperhatikan perkembangan sektor otomotif yang sangat cepat. Saat ini, produksi kendaraan listrik masih belum selesai, tetapi banyak negara yang sudah mulai memperkenalkan kendaraan hidrogen.
"Jadi, pemerintah di negara-negara ASEAN juga harus memperhatikan potensi sektor otomotif dengan baik," terang Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News