kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ASEAN Komitmen Tingkatkan EBT 23% di 2025, Jokowi: Memerlukan Investasi dan Teknologi


Sabtu, 14 Mei 2022 / 11:19 WIB
ASEAN Komitmen Tingkatkan EBT 23% di 2025, Jokowi: Memerlukan Investasi dan Teknologi
Presiden Joko Widodo menghadiri pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Washington DC, Jumat, 13 Mei 2022.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya isu penguatan kesehatan global yang dibawa dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS, isu terkait perubahan iklim juga dibahas dalam pertemuan para pemimpin negara di ASEAN bersama Amerika Serikat (AS) tersebut.

Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga poin penting terkait penanganan perubahan iklim dalam pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat, 13 Mei 2022.

Dalam mengatasi perubahan iklim ada tiga hal yang harus dipenuhi. Diantaranya, pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan.

ASEAN sendiri, kata Jokowi berkomitmen meningkatkan proporsi energi baru terbarukan (EBT) dari 14% pada 2018 menjadi 23% pada 2025. Namun dalam mencapai komitmen tersebut memerlukan adanya investasi dan teknologi yang tidak kecil.

“Upaya ini memerlukan investasi dan teknologi setidaknya US$ 367 miliar di sektor energi bersih. Di Indonesia, transisi energi 8 tahun ke depan membutuhkan US$ 30 miliar” ungkap Jokowi dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/5).

Baca Juga: Indonesia Ingin ASEAN Dilibatkan dalam Rantai Pasok Kesehatan Global

Terkait pembiayaan iklim, Indonesia mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi semua komitmennya dalam pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) secara global. Pasalnya, periode 2000-2019, ASEAN hanya memperoleh US$ 56 miliar atau sekitar 10% dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.

“Saya harus terus terang bahwa komitmen negara maju untuk implementasi isu pembiayaan iklim sangat rendah. Kondisi ini menjadi penghambat pencapaian NDC secara global,” jelasnya.

Mengenai energi hijau, Jokowi juga menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi. Misalnya, potensi energi terbarukan sekitar 437 gigawatt baik dari energi surya, maupun panas bumi yang saat ini, pemanfaatannya baru mencapai 0,3% dari total potensi.

“Indonesia juga miliki potensi besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan yang akan kita butuhkan 5 tahun ke depan," imbuhnya.

Baca Juga: Agresif, Kredit Energi Baru Terbarukan BNI Capai Rp 10,3 Triliun

Sementara untuk investasi ekonomi hijau, Presiden Jokowi mengungkapkan potensi peluang ekonomi yang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Oleh karena itu diperlukan mekanisme yang mempertemukan tidak saja sektor pemerintah namun juga dunia usaha.

“Investasi di sektor infrastruktur hijau bisa menjadi unsur penting kolaborasi ASEAN-AS yang membutuhkan setidaknya 2 triliun dolar dalam 1 dekade mendatang," pungkasnya.

Sebagai informasi hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry, Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm, dan Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×