CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Apindo Nilai Relaksasi WFH Bakal Tekan Produktivitas Ekonomi


Senin, 15 April 2024 / 20:01 WIB
Apindo Nilai Relaksasi WFH Bakal Tekan Produktivitas Ekonomi
ILUSTRASI. Produktivitas ekonomi digadang-gadang bisa menurun dengan adanya wacana pemberian relaksasi untuk bekerja di rumah (Work From Home/WFH). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru/foc.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Produktivitas ekonomi digadang-gadang bisa menurun dengan adanya wacana pemberian relaksasi untuk bekerja di rumah (Work From Home/WFH) bagi seluruh pekerja mulai 16 April – 17 April 2024.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan kebijakan WFH cenderung menciptakan penurunan produktivitas ekonomi nasional secara agregat.

Menurutnya, terdapat beberapa pekerjaan yang membutuhkan kehadiran fisik karyawan, sehingga kebijakan ini bisa menciptakan produktivitas yang kurang maksimal.

Baca Juga: Menhub: WFH ASN selama Dua Hari Bantu Urai Kepadatan Arus Balik Lebaran

“Kami perlu mengingatkan kepada pemerintah bahwa tidak semua pekerja dan tidak semua jenis pekerjaan bisa bekerja secara WFH. Ini sudah kami sampaikan sebelumnya ketika pandemi, bahwa tipe kerja WFH umumnya hanya bisa dilakukan oleh pekerja kantoran saja,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/4).

Shinta menyebutkan, adapun pekerjaan krusial yang membutuhkan kehadiran fisik seperti, pekerja pabrik, pekerja sektor perdagangan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Menurutnya, kebijakan WFH ini tidak bisa dipaksakan.

Baca Juga: Tidak Semua ASN Boleh WFH 16-17 April 2024, Begini Ketentuannya

“Kalau sekedar imbauan ya silahkan, tetapi tidak bisa  diwajibkan kepada perusahaan karena kebutuhan penciptaan produktivitas tiap jenis usaha berbeda-beda,” terangnya.

Lebih lanjut, Shinta bilang, kebijakan WFH cenderung menciptakan penurunan produktivitas ekonomi nasional. Dia mencontohkan, ini khususnya bakal terjadi di sektor jasa dan manufaktur.

“Jadi kami harap faktor-faktor ini dipertimbangkan dan tidak dipaksakan kepada perusahaan maupun kepada pekerja yang sedang berlibur Idul Fitri,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×