kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Apindo: Ekspor manufaktur bisa tahan defisit negara perdagangan di akhir tahun 2019


Senin, 16 September 2019 / 20:51 WIB
Apindo: Ekspor manufaktur bisa tahan defisit negara perdagangan di akhir tahun 2019
ILUSTRASI. Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan kemungkinan defisit neraca perdagangan 2019 masih defisit. Meski demikian, sektor manufaktur dianggap bisa menolong ekspor.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai  peluang ekspor manufaktur sangat terbuka, mulai dari industri garmen dan tekstil hingga percetakan.

Baca Juga: Pemerintah cermati dampak kenaikan harga minyak terhadap neraca dagang

Menurutnya, industri percetakan sangat potensial. Mengingat Indonesia sangat kaya dengan bahan bakunya yakni kertas. Sementara industri garmen dan tekstil Indonesia memiliki kualitas yang baik di mata dunia.

“Perusahaan percetakan Amerika Serikat (AS) banyak buka pabrik di China. Seharusnya Indonesia bisa menjadi menggenjot percetakan atau mengekspor bahan baku,” kata Hariyadi kepada Kontan.co.id, Senin (15/9).

Dari sisi industri garmen dan tekstil, Hariyadi menilai kendala yang dialami adalah kapasitas produksi yang tidak memadai. Hal ini berbanding terbalik dengan tren industri olahan ini yang tengah menggenjot produksi.

Oleh karenanya, Apindo mengimbau guna meningkatkan ekspor manufaktur pemerintah perlu mempermudah proses perizinan usaha. Serta diimbangi dengan berjalannya 16 paket kebijakan ekonomi yang dicanangkan pemerintah. Sehingga, ekspansi industri bisa berjalan lancar. 

Baca Juga: Perbaiki neraca dagang, Indonesia harus mempersempit neraca nonmigas dengan China

Di sisi lain, Hariyadi menganggap impor migas akan menghambat laju defisit neraca perdagangan di tahun ini. Apalagi belakangan harga minyak naik akibat sentimen produksi minyak Arab Saudi berkurang setengah setelah dua kilang minyak utama diserang. 

Proyeksi Apindo, defisit neraca perdagangan masih akan terjadi di tahun ini. Tetapi, tertolong kinerja ekspor yang diprediksi naik 5%-10% atau setara US$ 189-US$ 198 miliar dibanding kinerja ekspor tahun 2018 sebesar US$ 180 miliar. 

“Saat ini sektor manufaktur berkontribusi cukup banyak untuk ekspor. Jika pemerintah fokus ke dunia usaha, maka tak hayal ekspor bisa lebih menggeliat,” ujarnya.

Baca Juga: Ideas: Pangkas utang, belanja negara perlu dibatasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×