Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Mei diprediksi akan kembali terjadi inflasi. Namun inflasi yang terjadi berada dalam skala kecil. Hal ini disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko di Jakarta, Selasa (27/5).
Ia berpendapat, ada kecenderungan bulan Mei terjadi inflasi. Menurut Prasetyantoko, yang perlu diwaspadai untuk inflasi ada di bulan Juni, Juli dan seterusnya. Faktor pemilu bakal mendorong inflasi ke atas serta fenomena el nino yang bisa menyebabkan musim kemarau terjadi lebih banyak.
"Kita masih harus melihat perkembangan inflasi semester dua," tuturnya. Dirinya sendiri memperkirakan inflasi hingga akhir tahun berada pada kisaran 5,2%-5,3%.
Di sisi lain, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat inflasi yang terjadi pada bulan Mei sebagai akibat permintaan yang mulai meningkat akibat menjelang puasa dan libur sekolah.
Harga pangan sendiri relatif stabil. David bilang, harga yang diatur pemerintah tidak banyak yang berubah. Sedangkan rupiah sendiri sejak awal tahun tidak mengalami volatilitas yang signifikan.
Ke depan, dirinya memperkirakan rupiah akan berada pada level 11.500. Untuk bulan Mei sendiri, David memperkirakan akan terjadi inflasi yang minim yaitu 0,1%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News