Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah dinonaktifkan oleh Presiden Joko Widodo karena menjadi tersangka dugaan pemalsuan dokumen di kepolisian, Abraham Samad jarang terlihat tampil di publik. Dia mengaku sengaja menghabiskan waktu di kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan. Proses hukum yang menjeratnya juga kebetulan ditangani oleh Polda Sulawesi Selatan dan Barat.
"Saya kan sudah nonaktif, kalau saya terus muncul nanti orang mengira saya mau come back.
Jadi saya banyak di rumah saja sama keluarga," kata Abraham ditemui saat menghadiri suatu acara antikorupsi di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (20/3).
Abraham mengaku mendatangi acara yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Indonesia itu untuk memberi dukungan terhadap pemberantasan korupsi. Meski begitu, Abraham tidak datang sebagai pembicara, tetapi sebagai penonton biasa. Dia berdiri di barisan paling belakang bersama Denny Indrayana, Imam Prasodjo, Butet Kertaredjasa, Taufik Basari, dan para pegiat antikorupsi lainnya.
Kedatangan Abraham menarik perhatian para mahasiwa dan Alumni UI yang hadir di sana. Satu per satu, mereka secara bergantian berfoto dengan Abraham yang saat itu menggunakan baju koko dan peci serba putih. Abraham dengan sabar melayani tawaran untuk berfoto bersama.
"Padahal, saya ini kan sudah nonaktif, bukan pimpinan KPK lagi, ha-ha-ha," seloroh Abraham kepada para alumnus UI yang mengajaknya foto bersama.
Media yang hadir untuk meliput acara juga teralihkan perhatiannya karena kedatangan Abraham. Kendati demikian, Abraham tidak mau berkomentar banyak terkait kondisi KPK saat ini. Dia yang biasanya lantang berbicara di media ini merasa tidak lagi memiliki wewenang untuk berbicara mengenai internal KPK.
Ajakan beberapa stasiun televisi untuk melakukan wawancara secara live pun ditolaknya. "Jangan tanya saya kalau soal KPK," ujarnya.
Saat itu, Abraham hanya mau berbicara banyak mengenai aktivitasnya belakangan ini serta kasus yang menjeratnya di kepolisian. Sampai sekarang, mantan advokat ini masih meyakini bahwa kasus yang menjeratnya adalah bentuk kriminalisasi atas tindakan KPK yang sebelumnya menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi.
Begitu juga dengan tuduhan manuver politik pada Pilpres 2014 dan hubungan gelapnya dengan seorang wanita. "Itu kan kelihatan semua muncul setelah BG ditetapkan tersangka. Kalau saya punya kasus kenapa tidak dari dulu dibongkar," ujarnya.
Abraham mengakui, sebagai Ketua KPK saat itu, pastilah tidak sempurna dan memiliki kesalahan layaknya manusia biasa. Namun, dia tidak pernah merasa melakukan hal-hal yang selama ini dituduhkan kepadanya. "Saya bukan malaikat, tapi saya juga tidak sebejat yang dituduhkan," ucap Abraham. (Ihsanuddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News