kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Anton: BI rate 7,25% masih mampu meredam inflasi


Selasa, 01 Oktober 2013 / 22:46 WIB
Anton: BI rate 7,25% masih mampu meredam inflasi
ILUSTRASI. Presiden AS berharap, China mengambil paksa Taiwan tidak akan terjadi atau mereka coba melakukannya. REUTERS/Kevin Lamarque.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kepala Ekonom PT Bank Danamon Anton Gunawan menilai, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang saat ini sebesar 7,25%, masih cukup manageable untuk mengelola inflasi hingga akhir tahun 2013.

Anton memperkirakan, sampai akhir tahun ini inflasi akan terjaga di level 8,7%-9%. Angka ini lebih rendah dibandingkan forecast Bank Indonesia, di mana inflasi diperkirakan 9,8%.

"Pada awalnya BI memperkirakan 7,2%, tetapi naik menjadi 9,8%. Tadi (rilis BPS) deflasi 0,35%. Kemungkinan forecast kami masih 8,7%-9%. Ini sangat tergantung bulan Desember. Diharapkan, tidak ada lagi shock yang akan membuat inflasi jadi naik," kata Anton, Selasa (1/10).

Selain permasalahan inflasi, Anton melihat ekonomi Indonesia juga masih dihadapkan dengan persoalan lain, seperti tekanan pada defisit neraca berjalan atau current acount deficit.

Menurutnya, salah satu solusi persoalan ini adalah dengan mengurangi tekanan, dengan melakukan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Jika ekonomi melambat, maka kegiatan impor juga akan menurun. Sehingga nantinya diharapkan akan terjadi keseimbangan kinerja antara ekspor dan impor.

Atas dasar itu, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 dan 2014 akan berada di bawah 6%.

"Tahun 2013 dan 2014 kami perkirakan ekonomi akan di bawah 6%, sekitar 5,6%-5,8% pada 2013 dan 5,8%-5,9% pada 2014," ujarnya.

Tidak hanya itu, dalam kondisi ekonomi seperti ini pemerintah akan berhemat menggunakan kata stimulus perekonomian Indonesia.

Kalau pun ada kegiatan insentif, pemerintah akan mengalokasikan kepada hal-hal yang mampu menopang kinerja ekspor Indonesia. Sehingga, nantinya dapat mendorong keseimbangan antara ekspor dan impor.

Seperti diketahui, hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,35% pada September 2013. Sementara itu, inflasi tahun kalender Januari-September 2013 sebesar 7,57%. Sedangkan inflasi year on year 8,4%.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, deflasi ini disebabkan adanya penurunan harga komoditas bahan makanan di beberapa daerah. Asal tahu saja, akibat kenaikan BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013, inflasi Juli 2013 mencapai 3,29%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×