Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah tidak unjuk gigi di penutupan perdagangan hari ini. Terpantau, rupiah di pasar spot pada Selasa (20/9) ditutup di level Rp 14.984 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dengan demikian, rupiah melemah 0,04% dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya, yang sebesar Rp 14.978 per dolar AS.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan ini memang berpotensi melemah, seiring pasar yang sedang menunggu pengumuman bank-bank sentral.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah Tipis Pada Perdagangan Selasa (20/9) Pagi
Ya, sentimen yang akan sangat mempengaruhi pergerakan rupiah dalam waktu dekat adalah kebijakan suku bunga baik dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada pekan ini.
Menurut Faiz, kondisi pelemahan nilai tukar rupiah ini akan sangat sementara. Dalam artian, setelah nanti ada kepastian arah kebijakan The Fed maupun BI pada pekan ini, rupiah berpotensi menguat.
"Di akhir September 2022, kami memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 14.900 per dolar AS hingga Rp 15.000 per dolar AS," tutur Faiz kepada Kontan.co.id, Selasa (20/9).
Selain faktor kepastian kebijakan The Fed dan BI, potensi penguatan nilai tukar rupiah ini juga seiring dengan surplus neraca perdagangan yang masih jumbo pada Agustus 2022.
Namun, Faiz mengingatkan, bila The Fed makin hawkish, alias akan menaikkan suku bunga acuan di atas 75 basis poin (bps), ada kemungkinan nilai tukar rupiah tertekan dalam jangka pendek.
Baca Juga: Sejumlah Ekonom Prediksi Suku Bunga Acuan Bakal Terus Mendaki Hingga Akhir Tahun
Kabar baiknya, Faiz optimistis nilai tukar rupiah berpotensi untuk kembali menguat. Menurut perkiraannya, pada akhir tahun 2022, nilai tukar rupiah akan bergerak di level Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.800 per dolar AS.
Hal ini seiring dengan langkah BI untuk mengerek suku bunga acuan hingga akhir tahun hingga berada di level 4,75%. Namun, ia mengingatkan masih ada hal yang berisiko mengganggu pergerakan nilai tukar rupiah di akhir tahun ini.
"Inflasi domestik menjadi salah satu hal yang penting. Kami perkirakan inflasi akhir tahun ada di 6,5% yoy. Jangan sampai lebih tinggi dari ini, karena kalau inflasi naik tinggi, ini akan berpotensi menggerus rupiah,," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News